Banyak orang yang bilang bahwa 'Darah lebih kental daripada Air'. Ungkapan itu tak berlaku bagi seorang Andrew Anderson. Selama tiga puluh enam tahun dia hidup, nyatanya orang yang memiliki hubungan darah dengannya adalah orang yang paling banyak memberi dia rasa sakit.
Bahkan saat dia memiliki anak, yang mengalir darahnya, itu justru semakin merepotkan hidupnya. Istrinya melahirkan tiga anak laki-laki, yang sifat sebenarnya tidak jauh berbeda dengan dirinya. Jika dia bisa memilih, lebih baik dia tidak memiliki anak, daripada memiliki anak seperti ini.
"Yuki, Bunda rasa sudah tidak pantas jika mengenakan gaun itu di usia saat ini." Wanita berusia tiga puluh tahun itu berbicara mengungkapkan pendapatnya.
Contoh jika ungkapan itu tak berlaku pada Andrew adalah dengan istrinya. Wanita cantik yang akhirnya berhasil menjadi miliknya sampai kapanpun. Istrinya adalah orang yang tidak memiliki hubungan darah dengannya, tapi menjadi orang yang terpenting dalam hidupnya.
Hal yang sangat Andrew syukuri dari hidupnya adalah dapat bertemu dengan wanita yang menjadi istrinya. Mungkin jika itu tidak terjadi dia akan membenci tuhan karena memberi takdir hidupnya tanpa kebahagiaan. Karena sejujurnya hal yang paling membuat hidup seorang Andrew bahagia adalah dengan kehadiran istrinya, baik sebelumnya, saat ini, dan selamanya akan tetap menjadi alasan Andrew bahagia.
"Percayalah padaku Bunda. Bunda pasti akan sangat cantik jika memakai gaun ini," Yuki mencoba membujuk, sambil menunjuk sebuah gaun merk ternama di sebuah majalah.
Jika di dunia ini disediakan layanan buang dan tukar anak maka Andrew akan menjadi orang pertama yang menggunakan fitur itu.
Dia memiliki tiga anak laki-laki yang semuanya benar-benar membuat dia ingin membunuhnya. Jika boleh, Andrew akan membuang dan menukar anaknya dengan gadis yang bersama dengan istrinya dan dirinya saat ini. Yuki adalah anak yang mampu membuat sosok Andrew memiliki sifat seorang ayah. Gadis itu sangat lucu, membuat dia ingin menjadikan anak satu-satunya.
Tapi sialnya, gadis imut dan lucu itu harus menjadi kekasih anaknya yang paling berbahaya.
"Menurut ku ucapan Yuki benar, honey. Kau akan menjadi sangat cantik dengan menggunakan gaun itu," Andrew menyetujui pendapat anaknya.
"Aku sudah tua Andrew jika harus mengenakan gaun itu."
"Kau mengejekku Bella?" Andrew memanggil nama istrinya. Tentu saja dia merasa tersindir, pasalnya umur dia dua tahun di atas istrinya. Bukankah tandanya ucapan itu lebih cocok untuk dirinya?
Wanita yang dipanggil Bella itu tersenyum, "Kau terlalu sensitif Andrew," Bella mengecup pipi suaminya.
Bella Gonzales nama lengkapnya, sebelum diganti menjadi Bella Anderson karena menikah dengan seorang Andrew. Wanita itu masih tampil cantik diusianya yang sudah menginjak kepala tiga. Bella memiliki paras seperti seorang putri kerajaan, wajahnya cantik, tinggi, dan memiliki tubuh body goals bahkan setelah melahirkan tiga anak.
"Bagaimana jika aku memanggil sebuah perancang busana kemari? Kalian bisa mendapatkan lebih banyak pilihan baju yang bagus," Andrew mengusulkan idenya.
"Akan lebih baik jika kita langsung ke butiknya kan Yuki?" balas Bella sambil meminta pendapat gadis kekasihnya anaknya yang sudah dia anggap sebagai putrinya.
Pria kelahiran Italia itu langsung menatap istrinya sinis, "Kau kembali mencoba menentang ku?" Bisa didengar dari perubahan suaranya, bahwa saat ini pria itu mulai marah.
Yuki mengedik takut. Dia sudah sangat paham bagaimana sifat Padrenya yang tak jauh dari sifat kekasihnya. Matanya melirik kearah Bundanya, yang bisa dia pastikan bundanya merasa hal yang sama dengan dirinya.
"Padre aku lapar," Yuki memecahkan suasana dengan suaranya.
Andrew langsung merubah ekspresinya, dia melihat ke arah putrinya, lalu menampilkan sebuah senyuman, "Putri Padre ternyata sudah lapar. Baiklah ayo kita segera makan sebelum cacing di perutmu semakin berteriak," kata Andrew sambil mengandeng tangan Yuki dan membawanya menuju ruang makan.
Bella menghela nafasnya lega. Dia sudah sangat takut ketika kembali mendengar suara datar suaminya. Tapi sayangnya perasaan itu tak berlangsung lama. Jantungnya kembali berdetak dengan kencang. Suaminya mendekat ke tubuhnya dan membisikkan sesuatu tepat di telinganya.
"Aku akan menghukum mu malam ini!"
*****
Saat ini hanya tinggal ada Bella dan Yuki, di sebuah Taman yang dirawat langsung oleh istri seorang Andrew. Mereka berdua memutuskan pergi ke sana setelah menyelesaikan makan, sedangkan Andrew sedang menerima telepon.
"Bunda masih tetap takut jika Padre mu sudah mengeluarkan suara datarnya," Bella mengelus dadanya, berusaha menenangkan perasaannya.
Yuki tersenyum simpul. Dia sudah sangat tahu bagaimana sifat Padrenya kepada Bunda. Pria yang menjadi ayah kekasihnya itu, memiliki sifat yang sangat overprotektif kepada istrinya. Yuki tahu memang ada alasan tersendiri Padrenya melakukan itu. Tapi tetap saja dia merasa kasihan dengan Bundanya.
Sebelum dia berkunjung ke mansion. Bunda dari kekasihnya itu hanya berdiam di dalam mansion. Tidak ada teman yang menemaninya. Para maid hanya ditugaskan untuk melayani keperluan Bunda. Apalagi Padrenya sering tidak berada di Mansion.
Bunda adalah contoh sebenarnya dari ungkapan, 'Bagaikan burung dalam sangkar emas.'
"Nanti Yuki akan coba membujuk Padre agar kita bisa pergi ke butik bersama," kata Yuki mencoba menghibur Bella.
Wanita paruh baya itu tersenyum. Bella merasa sangat beruntung putranya memiliki kekasih seperti Yuki. Gadis itu adalah anak yang sopan, dan sangat menghargai orang tua.
"Andai Ken ada di sini. Pasti dia langsung membuat ramai mansion ini," Bella membuka topik baru.
"Yuki juga sudah lama tidak bertemu dengan Ken. Terakhir kali Yuki bertemu Ken itu saat festival sekolah bulan lalu. Apa dia sangat sibuk di Perancis?" tanya Yuki menanggapi ucapan Bella.
Jika boleh jujur sebenarnya dia juga merindukan sosok Ken. Bicara tentang Ken, dia adalah adik terakhir Alkan. Usianya sama seperti Yuki. Dia cukup nyaman berbicara dengan Ken, Pria itu bisa membuat orang nyaman dengan kepribadiannya.
Bella mengganguk, "Bunda dengar dia banyak jadwal pemotretan."
Pembicaraan terus berlangsung dengan berbagai topik yang baru. Mereka berdua sangat menikmati waktu dimana mereka bisa mengobrol, sambil menikmati pemandangan taman yang sudah dirawat sejak lama.
"Apa yang sedang kalian bicarakan?"
Suara itu langsung menghentikan pembicaraan yang terjadi antara kedua perempuan itu. Yuki langsung melihat ke arah sumber suara, lalu langsung tersenyum ketika tau siapa yang datang. Sementara Bella langsung terdiam, dan mencoba tersenyum pada orang itu.
"Kami tadi sedang membicarakan tentang karya Leonardo da Vinci," jawab Yuki semangat.
"Wow itu pembicaraan yang menarik," Alkan menanggapi juga dengan semangat.
Yuki mengangguk, kemudian terdiam sebentar dan kembali menatap kekasihnya, "Al apa kamu mau membantu aku bicara pada Padre agar bisa mengizinkan Bunda ke Butik?"
Alkan tidak menjawab dia hanya tersenyum, lalu mengacak rambut gadisnya pelan, "Bisakah kamu menunggu di depan sebentar? Aku ingin membicarakan sesuatu dengan Bunda."
Pria itu langsung menatap kearah Bella, ketika melihat gadisnya sudah pergi.
"Bukankah aku sudah pernah bilang agar tidak terlalu dekat dengan kekasih ku?
KAMU SEDANG MEMBACA
LABIRIN
RomanceSemua orang memuja Alkanio. Lelaki berdarah Italia-Indonesia itu, bagaikan seorang dewa yang dilahirkan kembali dalam bentuk manusia. Semua yang ada dalam pria itu sangat sempurna. Jabatannya sebagai pemegang saham terbesar di sekolah, menjadi ketua...