Hari ini Souta dan keluarganya berencana ke panti dan menemui Ratih untuk mengucapkan terimakasih. Souta benar-benar berhutang budi pada wanita paruh baya itu dan anak panti lainnya, karena berkat mereka dia bisa berkumpul lagi dengan anaknya, dan keluarganya kembali lengkap.
"Kak Yuki!" teriak anak laki-laki berpipi tembam itu, berlari ke arah Yuki dan langsung memeluknya.
Gadis berdarah Jepang itu, membalas tak kalah erat pelukannya, "Genta apa kabar? Kak Yuki kangen kalian," ucap Yuki di sela pelukannya.
"Kak Yuki kenapa nggak ke panti?" Lina langsung bertanya dengan cepat pada kakak perempuannya itu.
"Maaf ya, kak Yuki baru sempat ke sini sekarang," Yuki berkata dengan penuh sesal.
"Nggak papa yang penting sekarang kak Yuki ada disini," Annisa sangat senang setelah melihat kehadiran Yuki begitupun dengan adik-adiknya.
Gilang yang sedari tadi menatap interaksi Yuki dengan adik-adiknya hanya tersenyum, lalu dia melangkahkan kakinya menghampiri Yuki dan yang lain.
"Hai Yuki!" Gilang cukup canggung untuk memulai pembicaraan, "Apa kabar?"tanyanya.
"Hai," tangan Yuki melambai kearah Gilang. "Aku baik, kamu sendiri bagaimana?"
Souta dan Ilena terkekeh melihat interaksi antara Gilang dan Yuki. Mereka dapat melihat tatapan penuh cinta untuk anaknya. "Kamu disini dulu ya Yuki. Papah sama mamah mau ketemu sama Bu Ratih," pamit Souta yang dibalas anggukan oleh putrinya.
"Marco kamu ikut sama kita aja ya sayang," Ilena sengaja memberi waktu untuk Gilang dan putrinya untuk berbicara.
Marco mengangguk, dia mengikuti langkah kedua orangtua angkatnya itu.
*****
Ratih sedari tadi tersenyum senang menatap kedua orangtua Yuki di depannya. Akhirnya dia bisa melihat secara langsung sosok sebenarnya dari keluarga gadis yang sudah dia anggap anak itu.
"Sekali lagi saya berterima kasih kepada Ibu. Karena Ibu saya dapat bertemu dengan anak saya," Souta mengucapkannya dengan tulus.
"Saya juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu. Anak saya bisa selamat dari kejadian itu, berkat ibu yang sudah bersedia merawatnya. Sekali lagi terimakasih banyak bu," Ilena sedikit menunduk mengucapkan rasa terimakasihnya pada Ratih.
"Itu tidak masalah bagi saya Pak, Bu. Lagipula Yuki sudah saya anggap seperti anak saya sendiri, sama seperti anak panti yang lain," balasnya.
Ratih berpikir sejenak, "Kemarin ada seorang pemuda yang sepantaran dengan Gilang datang kesini. Wajahnya tampan dan tinggi, dia mencari Yuki. Saya tidak tau namanya, karena saat itu kita tidak terlibat dengan pembicaraan yang panjang," jelasnya, "Pria itu juga cukup datar dan bermata tajam," lanjutnya dengan suara pelan.
Ilena terdiam setelah mendengar ucapan itu. Dia tentu saja tau siapa pria yang dimaksud oleh Ratih. Pandangannya langsung mengarah pada suaminya, dapat dia lihat urat-urat yang terlihat jelas di wajah suaminya itu. Dia tak tau apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi semoga saja itu tidak membahayakan keluarganya.
Sementara Marco hanya menatap datar pada pandangan di depannya. Dia tak menanggapi ucapan tersebut. Emosinya seketika naik hanya dari mendengar sebuah perkataan itu. Akan dia pastikan bahwa pria itu akan menjauh dari adik kesayangannya. Tak akan dia biarkan ending yang tragis terjadi pada adiknya.
*****
Keduanya hanya terdiam tak membuka suara untuk memulai percakapan. Entah mengapa Gilang jadi merasa canggung dekat dengan Yuki, padahal biasanya tidak. Jantungnya pun berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia mulai terdiam, memikirkan kata-kata apa yang akan dia bahas.
KAMU SEDANG MEMBACA
LABIRIN
RomanceSemua orang memuja Alkanio. Lelaki berdarah Italia-Indonesia itu, bagaikan seorang dewa yang dilahirkan kembali dalam bentuk manusia. Semua yang ada dalam pria itu sangat sempurna. Jabatannya sebagai pemegang saham terbesar di sekolah, menjadi ketua...