Yuki masih tak percaya dia sekarang melangkahkan kakinya di sebuah rumah mewah dengan halaman yang luas. Bahkan saat ingin memasuki rumah utama, perlu beberapa menit perjalanan dari pintu utama. Kalian bisa bayangkan sendiri bukan, seberapa megah dan besarnya rumah itu?
Saat sampai di pintu utama, gadis itu menatap ragu kearah Marco. Sebenarnya Yuki merasa tak yakin untuk kembali pulang kepada keluarganya, tapi karena bujukan Ranti, dan Gilang pun ikut mengantarnya dia jadi lebih percaya diri untuk mengikutinya.
Suara langkah kaki terdengar perlahan-lahan. Wanita paruh baya itu menatap tak percaya pada sosok di depannya. Dia langsung dengan segera melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah sosok itu.
Greb
"Mamah kangen kamu." Suara itu masuk ke dalam pendengaran Yuki dengan lirih.
Untuk sekejap Yuki merasa waktu terhenti merasakan pelukan itu. Ada suatu rasa tak asing dari pelukan ini. Meskipun belum mengingat memorinya, dia merasa yakin betapa sayangnya orang ini pada dirinya. Tangannya membalas pelukan hangat itu.
"Kamu selama ini tinggal dimana? Kenapa tidak pulang ke rumah? Mamah merindukan kamu," Ilena terus memberi pertanyaan beruntun. Sungguh, apa yang saat ini dia rasa tidak bisa diartikan lewat kata-kata.
Souta yang sedari tadi di belakang, memperhatikan interaksi antara ibu dan anak itu. Dia memang sudah tau apa yang anaknya derita, setelah kecelakaan itu. Tapi dia merasa tak sanggup jika harus menceritakan pada istrinya saat ini. Padahal dia baru saja kembali melihat senyum itu terbit dari sudut bibir istrinya.
"Saya minta maaf sebelumnya. Tapi saat Yuki sadar, dia sudah dalam kondisi kehilangan ingatannya," Gilang mencoba menjawab ditengah situasi hening itu.
Jantungnya serasa berhenti berdetak ketika mendengar jawaban itu. Dia langsung menghadap kearah putri kesayangannya, tangannya langsung membawa tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Matanya sudah memanas menahan tangisnya. Rasanya tak sanggup jika putrinya tak dapat mengingatnya sebagai orang tua.
*****
Saat ini Gilang sedang duduk dengan Souta dan Marco di ruang tamu. Sementara Yuki sedang bersama Ilena di kamarnya.
Ada perasaan senang yang Gilang rasa saat sudah berhasil mengantar Yuki kepada keluarga aslinya. Tapi, diapun tak bisa mengelak kalau dia merasa sedih. Saat Yuki sudah dengan keluarganya, tandanya dia akan sulit bertemu dengan gadis pemilik mata salju itu. Raut sedih terlihat dengan jelas di mukanya.
Souta menepuk bahu Gilang, "Kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanyanya saat melihat Gilang dengan tatapan kosongnya.
"Ah... maaf." Gilang cukup canggung berbicara dengan orang dihadapannya ini.
Souta tersenyum menatap anak di depannya. Dia bisa mengerti perasaan yang di rasa oleh anak itu saat ini.
"Saya merasa sangat berterimakasih pada kamu dan ibu panti. Berkat kalian saya dapat bertemu kembali dengan anak saya, meskipun ingatannya hilang," suara Souta terdengar pelan diakhir ucapannya.
"Saya benar-benar berhutang budi pada kalian, saya tidak tahu harus membalas dengan apa kebaikan kalian," lanjutnya mengungkapkan rasa terimakasihnya pada sosok pria bertubuh tinggi itu."Tuan tidak perlu sampai seperti itu. Saya pun merasa sangat senang dapat mengenal Yuki. Saya yakin Ibu merasakan hal yang sama seperti yang saya katakan," balasnya mulai merasa tak canggung dengan suasananya saat ini.
"Saya merasa tak enak belum bertemu Ibu panti dan mengungkapkan rasa terimakasih saya secara langsung kepada beliau." Sebenarnya tadi dia ingin ikut memastikan dugaan itu bersama Marco, tapi anak itu melarangnya karena saat itu emosinya sedang tidak stabil. Dia tak menyangka bahwa Yuki akan langsung ikut pulang dengan Marco.
KAMU SEDANG MEMBACA
LABIRIN
RomanceSemua orang memuja Alkanio. Lelaki berdarah Italia-Indonesia itu, bagaikan seorang dewa yang dilahirkan kembali dalam bentuk manusia. Semua yang ada dalam pria itu sangat sempurna. Jabatannya sebagai pemegang saham terbesar di sekolah, menjadi ketua...