19. Akhir yang menyakitkan

1.5K 135 8
                                    

Liam, pria itu masih dengan setia menatap wajah gadisnya yang sedang tertidur itu. Tunggu, gadisnya? Dia jadi merasa lucu dengan ucapannya. Tapi cepat atau lambat juga ucapan itu akan menjadi kenyataannya. Karena semua yang dia mau akan menjadi miliknya, bagaimanapun caranya.

"Cantik," lirihnya sambil menyentuh wajah dari gadisnya.

Pria itu membuang nafasnya dengan perlahan. Andai gadisnya itu bisa dengan mudah menerimanya, mungkin tidak akan jadi serumit ini. Dia terlalu malas bertingkah seperti artis yang mendapatkan peran sebagai 'Boyfriend Material'. Apalagi lawan mainnya kali ini adalah gadis yang sangat menyebalkan.

Mungkin belum banyak yang tau. Sebelum dia menyatakan perasaan pada putri sulung keluarga Wyne, dia sudah menyatakan perasaan yang sebenarnya pada gadis kelahiran Jepang itu. Karena Yukinya menolaknya, maka dia harus menggunakan cara lain untuk mendapatkan gadisnya.

Dia termasuk pria pejuang cinta bukan?

*****

"Eungh," lenguhan Yuki saat terbangun dari tidurnya. Tangannya memijat pelipisnya yang terasa pusing.

Liam langsung mengambil inisiatif untuk memijat pelipis gadisnya, menyingkirkan tangan yang semula ada disitu, "Apa sudah lebih baik?" tanya lembut sambil tersenyum.

"Kak Liam yang bawa aku kesini?"

Pria itu mengangguk masih dengan senyumnya, "Bukankah aku terlihat seperti kekasih yang sangat perhatian?" tanyanya dengan tertawa pelan.

Yuki menyingkirkan tangan pria itu dari pelipisnya, "Kakak itu kekasihnya Nisa," katanya mengingatkan.

"Aku memang kekasih gadis itu, tapi aku tetap menjadi milikmu." Yuki menatap Kakak tingkatnya tak percaya. Dia merasa ada yang aneh dengan Kakak kelasnya. Ucapannya itu tidak seharusnya dia ucapkan untuknya. Bagaimana jika Nisa mendengarnya, pasti dia akan sangat kecewa.

"Apa maksud Kakak?"

"Kau tak perlu memandangku seperti itu Sweety. Aku tau aku memang pria tampan," Pria itu memuji dirinya sendiri.

"Kak Liam jawab pertanyaan ku," rengek Yuki ketika tidak mendapatkan balasan dari pertanyaannya.

"Kau sangat lucu sweet," tangan Liam mencubit pelan pipi gadisnya, "Aku jadi ingin segera memilikimu seutuhnya," tatapannya mulai beda ketika mengucapkan ini.

Yuki menatap pria di depannya dengan kesal. Raut wajahnya mulai cemberut. Dia tak percaya, pria yang sering dikenal 'Jarang bicara' justru lebih banyak bicara ketika bersamanya, bahkan sering melemparkan candaan yang sama sekali tak membuatnya tertawa.

"Baiklah aku akan menjawab pertanyaan mu," ucapnya sambil mengacak rambut gadisnya, "Apa kau sudah mulai merasakan perasaan cinta untukku?"

Gadis berdarah Jepang itu terdiam untuk sejenak. Dia butuh waktu untuk memahami perkataan dari pria itu. Matanya terbelalak ketika menyadari sesuatu. Apa ini jawaban dari perasaan aneh yang tiba-tiba muncul waktu itu. Apa benar dia merasakan cinta pada kakak kelasnya itu?

"Sepertinya kau sudah merasakan cinta untukku," ucapnya bahagia ketika melihat reaksi dari gadisnya, "Ayo kita menjadi sepasang kekasih," lanjutnya berkata tepat di telinga gadisnya.

Yuki langsung menggeleng. Bagaimana mungkin dia menerima permintaan pria yang menjadi kekasih sahabatnya, "Kak Liam itu kekasih sahabat ku, Nisa. Aku tak mungkin mau menerima permintaan Kakak."

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang