Hari ini adalah hari yang sangat indah bagi Yuki. Mulai dari Alkan yang menciumnya, Bu Erika yang tidak mengajar, dan yang terakhir adalah sekolah memulangkan murid lebih cepat.
"Aku anterin buku ini dulu ya ke ruang guru,"pamit Yuki pada yang lain sembari membawa buku para teman kelasnya.
"Eeeeh-"
"Kamu angkat segini aja, sisanya biar aku yang bawa."
Yuki hanya bisa terdiam sambil melihat beberapa buku di tangannya. Dia hanya membawa tiga buku dari dua puluh buku. Matanya melirik kepada lelaki di sampingnya.
Dia Daniel, orang yang menjabat sebagai ketua kelas di kelas Yuki. Dia cukup populer, jika diurutkan, maka dia berada dalam sepuluh besar orang yang populer di sekolah. Selain ketua kelas, dia juga menjabat sebagai ketua ekskul literasi.
Daniel sangat tampan. Matanya indah dan berwarna coklat, tapi kita jarang bisa melihat mata itu secara langsung, karena Daniel memakai kacamata. Meskipun begitu tidak membuat ketampanannya menurun. Bahkan banyak dari kakak kelas yang mengungkapkan perasaan langsung untuknya.
"Apa kamu akan tetap disitu?"Daniel berbicara dengan datar.
"Ah maaf,"kikuk Yuki. Dia mulai melangkahkan kakinya menyamai ketua kelasnya itu.
Dan sikap Daniel yang terakhir adalah dia jarang berbicara, hanya beberapa kali mengucapkan kalimat. Daniel terlalu fokus dengan dunianya sendiri. Tetapi itulah yang menjadi daya tarik dari lelaki berkacamata itu.
"Eehmm,"batuk Yuki untuk memecahkan suasana. Tapi sepertinya tidak berhasil, Daniel sama sekali tidak menanggapinya bahkan sekedar menengok pun tidak.
"Aku dengar kamu mewakili sekolah untuk mengikuti lomba sains ya?"tanya Yuki berbasa-basi tapi hanya dibalas anggukan oleh Daniel.
Merasa Daniel tak tertarik dengan pembicaraannya, akhirnya Yuki memilih diam dan tak mencoba mengajak berbicara lagi pada lelaki disampingnya. Dia memfokuskan matanya pada bangunan tinggi tempat sekolahnya saat ini.
Sekolah yang saat ini Yuki jadikan tempat untuk menuntut ilmu bukan sekolah sembarangan.
AIS, Anderson International School. Sekolah yang menduduki peringkat nomor satu berturut-turut di Indonesia. Bukan hanya di Indonesia AIS pun menjadi sekolah terbaik di ASEAN. Bagaimana tidak? Menjadi siswa AIS bukan suatu hal yang mudah, hanya 0.3% dari seluruh pelajar Indonesia yang diterima memasuki AIS.
Menjadi siswa AIS bukan hanya perlu mempunyai uang tapi harus memiliki kepintaran di atas rata-rata. AIS bukan hanya tempat yang mengandalkan uang untuk berkuasa.
AIS dibangun dengan luas tanah yang tak main-main, mencapai 4 hektar lebih untuk membuat sekolah itu. Bisa dibayangkan bukan seberapa luasnya sekolah itu. Sementara untuk gaya bangunannya, AIS dirancang dengan menggunakan arsitektur Eropa, mengingat pendiriannya pun berasal dari Italia.
*****
Perlu beberapa menit untuk ke ruang guru dari kelas Yuki, dan sebelum itu terdapat beberapa ruang yang perlu dilewati, salah satunya ruang dimana disediakannya tempat belajar khusus bagi para siswa atau siswi yang mengikuti lomba di bidang akademi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LABIRIN
RomanceSemua orang memuja Alkanio. Lelaki berdarah Italia-Indonesia itu, bagaikan seorang dewa yang dilahirkan kembali dalam bentuk manusia. Semua yang ada dalam pria itu sangat sempurna. Jabatannya sebagai pemegang saham terbesar di sekolah, menjadi ketua...