Prolog

9.6K 479 10
                                    

Ada pepatah yang pernah bilang, ketika kau terlalu erat menggenggam pasir maka akan semakin cepat pasir itu terlepas dari genggaman mu. Perumpamaan ini sama seperti cinta, ketika kau mencintai seseorang dengan berlebihan maka akan semakin besar kemungkinan kau akan kehilangan orang itu.

Pria itu menutup bukunya dengan kasar. Nafasnya dia buang perlahan, dan mulai memejamkan matanya untuk sejenak. Hari ini sangat melelahkan untuknya. Dia berdiri dari tempat duduknya.

Kakinya mulai melangkah keluar dari ruangan itu. Senyuman terbit dari sudut bibirnya, senyum yang berbeda dari biasanya. Yang jarang terlihat oleh orang lain, kecuali wanitanya.

Dia sudah bisa melihat beberapa orang berbaris di mansion miliknya, dan jangan lupakan wanitanya yang sudah kembali kepada pemilik yang sesungguhnya. Matanya menatap tajam pada salah satu manusia tak tau diri itu.

Door

"Bukankah aku sudah pernah bilang agar tidak ada siapapun yang menyentuhnya?" Suara dingin itu membuat semua orang merinding. Masing-masing dari mereka menunduk dan saling merapalkan doa untuk keselamatan mereka, setidaknya mereka masih diberikan kesempatan untuk dapat melihat dunia ini lagi.

"Maaf tuan tap---"

Door

"Sungguh menjijikan," pria itu menatap dengan pandangan jijiknya. Dia melepaskan sarung tangan yang tadi dipakai lalu membuangnya ke sembarangan arah.
"Bersihkan ini semua. Lalu berikan mayatnya pada Malvin."

Para pria bertubuh tegap itu hanya mengangguk dan berusaha menahan rasa jijik mereka dengan darah yang mengalir dari kedua tubuh temannya itu. Kejadian ini memang bukan pertama kali terjadi, tetapi tetap menyisakan trauma tersendiri bagi mereka.

Rasanya mereka ingin berhenti dari pekerjaan ini, tapi mereka sadar sekalinya masuk kedalam kehidupan orang itu, maka tidak akan pernah bisa keluar kecuali mereka sudah tidak bernyawa dan mayatnya terpaksa menjadi santapan Malvin.

"Ah coba kita pikirkan hukuman apa yang pantas diberikan untuk wanitaku ini," tubuh wanita itu bergetar dan memundur perlahan mencoba menjauh dari pria yang menjadi kekasihnya itu.

*****

"Bukankah kamu tau, aku paling tidak suka jika milikku disentuh oleh orang lain. Rasanya seperti mendapatkan barang bekas yang rusak. Jika aku ingin merusak milikku, setidaknya aku sendiri yang merusak itu. Kau tau? rasanya sangat menyenangkan, sama halnya ketika kita memakan daging segar. Ah tidak rasanya sangat nikmat, lebih dari itu," racau pria itu sambil terus tersenyum menatap wanita di depannya.

Wanita itu terus menggeleng dan mengeluarkan air matanya. Dia dengan sekuat tenaga memeluk paha pria itu. Tangisannya terdengar semakin kencang, tubuhnya sudah tidak sanggup jika harus menerima hukuman dari pria itu.

"Aku mohon jangan hukum aku. Aaa-ku hiks... janji nggak akan pernah hiks... mencoba pergi dari kamu lagi," isaknya memohon terus memeluk pria itu.

Pria itu menundukkan badannya, menyamakan tingginya di hadapan wanitanya. "Kau tau baby," tangannya mengusap pipi wanitanya.
"Kemarin aku juga mendengar janji itu dari mulut manismu. Tapi ternyata kamu mengingkarinya dan pergi lagi dari kehidupan ku," raut wajahnya dibuat seakan sedih dan terluka.

Wanita itu menghapus air matanya, lalu berdiri menghadap kekasihnya. "Kali ini aku benar-benar janji nggak akan kabur lagi. Kamu maafin aku kan babe?" tangannya menyentuh pipi pria itu, dengan manik matanya dia berusaha meyakinkan apa yang diucap.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang