7. Nisa dan Alkan?

2.1K 191 2
                                    

"Kau tau Yuki aku baru saja melihat penampilan kak Alkan di lapangan," Nisa memulai pembicaraan dengan semangat. "Aku tidak menyangka ada orang yang sesempurna kak Alkan," bibirnya tersenyum ketika bercerita.

Tangan Yuki yang sedang menulis berhenti seketika. Dia menatap sahabatnya dengan diam. Kali ini yang menjadi pembahasan adalah kekasihnya. Ada perasaan tak terima ketika mendengar pujian yang tertuju untuk pria yang menjadi kekasihnya, tapi mau bagaimana pun ini salahnya karena tidak mengungkapkan hubungannya dengan seorang Alkan.

"Baru saja di jam pertama kau membahas Daniel, dan sekarang kau membahas kak Alkan?" Priska memutarkan bola matanya.

"Daniel itu hanya selingan, sedangkan kak Alkan selalu menjadi yang pertama," balasnya sambil membayangkan sosok yang dia bicarakan. "Lagipula juga, memangnya ada yang bisa mengalahkan pesona seorang kak Alkan?"

Priska mengangguk menyetujui ucapan sahabatnya. "Yeah kau memang benar. AIS memang memiliki banyak pria tampan, tapi aku belum pernah melihat pria setampan dan sesempurna kak Alkan."

Faulia menatap kedua sahabatnya yang terus berbicara, lalu dia menatap salah satu sahabatnya yang sedari tadi diam.
Sejujurnya dia tidak terlalu suka jika membahas tentang pria AIS, tapi jika itu tentang Alkan dia akan merasa tertarik ikut membahas nya.

"Dan sifat kak Alkan yang paling membuatku kagum. Dia sangat baik dan ramah pada semua orang." Faulia memang bukan perempuan yang tergila-gila dengan pria tampan. Dia lebih menyukai pria yang mempunyai perilakuan yang baik, contohnya seperti kakak kelasnya, Alkan.

"Yuki bagaimana menurutmu kak Alkan?"

Gadis berdarah Jepang itu cukup tersentak dari diamnya. Perlahan dia mengembangkan sedikit senyumnya. "Seperti yang kalian bilang, kak Alkan tampan dan ramah."

Terkadang ini yang membuatnya tak percaya diri menjalin hubungan dengan seorang Alkan, pria itu terlalu mendekati sempurna untuk dirinya yang jauh dari sempurna.

"Siapapun yang mendapatkan kak Alkan pasti adalah orang yang paling beruntung."

Dia memang sangat beruntung mendapatkan seseorang seperti Alkan, dan pria itu yang kurang beruntung karena mendapatkan orang seperti dirinya.

"Yuki bukannya kak Chris dekat dengan kak Alkan?" Nisa mulai bertanya setelah banyak berpikir di kepalanya.

Yuki mengangguk, "mereka masuk di organisasi yang sama, jadi kemungkinan besar kak Chris dekat dengan kak Alkan." 

Wajah Nisa langsung tersenyum cerah. Mengapa dia baru memikirkan ini setelah sekian lama, padahal kuncinya berada di dekatnya. "Yuki tolong kenalkan aku pada kak Alkan, maksud ku  buat aku lebih dekat dengan kak Alkan. Kau tau sendiri bukan? Meskipun kak Alkan menerima hadiahku, dia selalu tak ingat dengan diriku."

Permintaan itu tak dijawab oleh Yuki. Kali ini dia sedang menahan rasa sakit yang tiba-tiba muncul entah dari mana. "Aku tak sedekat itu dengan kak Alkan, Nisa. Meskipun aku adiknya kak Chris bukan berarti aku akrab dengan semua temannya."

"Ayolah Yuki, kita ini kan bersahabat."

"Bukan aku tak mau Nisa, tap-" ucapan Yuki terpotong saat melihat tatapan dari sahabatnya. "Apa kau tak pernah berfikir bagaimana jika kak Alkan memiliki kekasih," katanya dengan pelan.

Nisa tertawa ketika mendengarnya, "apa maksudmu kak Chintya? Kau tak tau mereka hanya mantan kekasih. Jika kak Chintya saja sudah mundur berarti itu kesempatan yang besar untukku mendekati kak Alkan. Jika wanita selain kak Chintya, aku yakin bisa mengalahkan nya."

"Kau terlalu percaya diri Nisa," Priska mengejek.

"Kau hanya iri karena tak mampu Priska," balasnya dengan senyum mengejek. "Faulia bagaimana menurutmu aku dengan kak Alkan?" Nisa sedikit berpose ketika bertanya.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang