21. Dendam itu berkembang

1.5K 125 3
                                    

Seberapa besar kau percaya pada sebuah keadilan?

Akan ada banyak jawaban yang berbeda jika kau menanyai soal ini pada setiap orang yang berbeda. Berbeda disini bukan hanya tentang dari orangnya, tapi dari keadaan ekonomi dan juga dari bagaimana dia bergaul.

Keadilan itu suatu yang semu jika kau ingin mendapatkannya. Jika kau ingin membuktikannya, kau bisa langsung melihat di sekitarmu atau mungkin kau juga dapat merasakannya sendiri.

Hukum yang harusnya menjadi tempat untuk memperoleh keadilan, pada kenyataannya hanya didapat oleh orang yang berkuasa. Jika kau bukan termasuk orang yang berkuasa, maka siap-siap hukum akan mempermainkan mu tentang keadilan yang ingin kau dapat.

Jadi, apa kau masih percaya dengan sebuah keadilan?

*****

"DIKELUARKAN?" Nisa menatap tak percaya dengan surat yang dia baca, "Apa salah saya hingga mendapatkan surat ini. Anda tidak bisa bersikap semau anda untuk mengambil keputusan seperti ini," katanya dengan nada yang mengeras.

Pria paruh baya yang menjabat sebagai kepala sekolah itu, memicingkan matanya, "Dengan perlakuan mu yang tak sopan di ruang ku saja, sudah bisa membuatmu mendapatkan poin," katanya dengan datar.

"Aku tidak melakukan apapun seperti yang surat ini tulis," ucapnya lagi dengan nada yang mulai pelan.

"Sepertinya kau tidak bisa membaca situasi nona Wyne," Pria paruh baya itu menatap muridnya, "Bukti yang terlihat sudah sangat jelas. Kau yang menjadi dalang atas kejadian yang terjadi baru-baru ini," lanjutnya sambil melemparkan beberapa foto.

"Prof Hector," gadis itu memanggil nama pria paruh baya itu, "Bagaimana mungkin aku yang menjadi dalang atas kecelakaan yang terjadi tadi malam. Jianying memang sempat mengajakku, tapi aku menolak. Bukan berarti karena aku menolak, aku yang menjadi penyebab atas kecelakaan ini," jelasnya dengan suara yang nyaris hilang.

Hector, pria paruh baya itu, menatap muridnya dengan dalam, "Aku tau bagaimana kondisi keluargamu saat ini Nisa. Kau bahkan sudah terancam diturunkan di kelas D, jika saja ada yang tau tentang keuanganmu," Hector mulai mengungkapkan apa yang terjadi pada gadis itu, "Kau juga sudah telat membayar uang sekolah selama 2 Bulan."

"Jadi lebih baik kau pergi dari sekolah ini dengan sendiri, dibandingkan aku harus memanggil keamanan untuk mengusir mu dari sini," ancamnya tegas, "Jangan membuat nenek mu semakin malu dengan tingkah laku cucunya," balasnya sebelum meninggalkan ruangannya.

*****

Nisa membuang nafasnya kasar. Dia tak percaya akan diperlakukan seperti ini. Bagaimana mungkin dia yang menjadi dalang atas kecelakaan itu. Nisa akui dia memang menginginkan kematian dari gadis bernama Jianying itu, tapi dia juga tidak bodoh, untuk membuat dirinya berurusan dengan hukum karena kasus pembunuhan.

Coba lihat apa yang sekarang dia rasakan. Tatapan dari banyak orang, seolah menganggapnya seperti sampah. Sial, rasanya Nisa ingin mencongkel mata itu satu-satu. Pria paruh baya itu ternyata sudah menyebarkan rumor tentang dirinya yang menjadi dalang.

Ting!

Suara pesan itu, mampu menghentikan langkah gadis itu. Dia terdiam sebentar untuk membaca sebuah pesan yang dikirim kepadanya. Matanya melotot, kuku-kukunya memutih, kepalanya langsung menengok ke sekitar.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang