4. Marco

2.8K 176 2
                                    

Marco dengan sedikit berlari menuju kamar adiknya. Pikirannya menjadi kacau jika menyangkut adik kesayangannya itu. Dia tidak bisa jika harus didiami oleh adiknya, jangankan sehari saat dia pergi bekerja saja bayang-bayang Yuki selalu muncul di kepalanya dan membuatnya rindu.

Tok... tok... tok...

Suara ketukan pintu itu terdengar bersahutan dengan kencang. Sebelumnya pada akhirnya pintu itu dibuka dengan seorang gadis sambil mengusap air matanya.

Greb

Lelaki bertubuh tinggi itu membawa adiknya kedalam pelukan. Dia sangat sangat tahu apa yang dibutuhkan oleh adiknya pada saat seperti ini, pelukan dan sebuah tepukan pada bahunya. Marco bisa mendengar tangis Yuki yang semakin kencang.

"Sudah lebih baik?" tanyanya saat pelukan mereka terlepas.

Yuki mengangguk lalu menundukkan kepalanya. Dia malu kepada kakaknya, padahal tadi dia sudah melampiaskan kekesalannya pada kakaknya, tapi lelaki itu selalu menjadi orang pertama yang datang dan menenangkannya.

"Boleh kakak masuk?" Marco memasuki kamar adiknya ketika gadis itu mengizinkan.

Hal pertama yang dia lihat adalah semuanya yang berwarna pink. Marco sangat mengetahui warna kesukaan adiknya itu, bukan hanya tentang warna tapi apapun yang gadis itu suka. Contohnya seperti; cokelat, snack, makanan manis, dan terakhir yang paling adiknya suka adalah kartun. Dia jadi tersenyum jika mengingat kembali ketika gadis itu mendapatkan itu semua, sangat menggemaskan.

"Aku minta maaf tadi udah bentak kakak," Yuki menautkan jarinya sambil menundukkan kepalanya. Dia sangat merasa bersalah pada kakaknya karena sudah melampiaskan semua kekesalannya pada lelaki itu.

Marco menatap adiknya lalu tersenyum tipis, "apa ini tentang Alkan?" tebaknya yang diyakininya benar.

Yuki terdiam, lalu mengangguk, "aku merasa cemburu dengan Alkan. Banyak perempuan yang mengejarnya, yang lebih cantik, lebih pintar, dan lebih dari segalanya dibanding dengan aku," gadis itu mulai menceritakan perasaannya.

"Tapi Alkan memilih aku sebagai pasangannya, itu membuat aku merasa kurang percaya diri. Dan sewaktu di sekolah Alkan kembali menyarankan untuk memberi tahu mereka semua tentang hubungan kita. Kakak mengertikan bagaimana perasaan aku saat ini?"lanjutnya sembari menatap manik mata Marco.

Lelaki itu membalas tatapan Yuki. Dia memperhatikan dengan jelas raut wajah dari gadis itu. Tangannya mengusap rambut adiknya dengan sayang.

"Yuki," panggil Marco dengan lembut,
"Semua orang memiliki nilai dalam dirinya masing-masing, tidak peduli tentang apapun itu, kamu hanya perlu menerima dan mengembangkan nilai dalam diri kamu," dia membawa sehelai rambut dan ditaruhnya kebelakang telinga.

"Cinta itu adalah suatu hal yang tidak bisa kita kontrol datangnya dan untuk siapa cinta itu kita berikan. Bukan tentang seberapa sempurnanya seseorang, tapi tentang cinta yang memilih pada siapa untuk dia berikan."

Yuki terdiam beberapa saat, dia cukup tertegun mendengar ucapan kakaknya itu. Dari dulu lelaki itu hanya bicara seperlunya atau anggukan dan gelengan, dan sekarang kakaknya berbicara dengan kalimat yang cukup panjang untuk menghiburnya. Yuki jadi merasa sangat berharga karena kakaknya.

Greb

"Kak Marco makasih ya udah selalu ada buat aku," Yuki memeluk Marco dengan erat.

Marco tersenyum mendengar itu. Dia membalas pelukan adiknya dengan erat.

Yuki adalah perempuan yang menjadi sangat berarti bagi hidupnya. Sejak awal pertemuan mereka, sudah menciptakan sebuah rasa yang tidak pernah dia rasa sebelumnya. Detakan jantung yang lebih cepat dari biasanya. Entah rasa apa itu, yang jelas Marco menikmati segala suatu yang terjadi saat bersamanya.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang