Siapkan tisu sebelum membaca 😭Pukul 05.00 Zahra mulai membuka matanya perlahan.
Kali ini untuk pertama kalinya Zahra tidak menjalankan sunah untuk sholat tahajud.
Makruh bagi seseorang yang meninggalkan shalat tahajud ketika ia sudah terbiasa melakukannya.
Bahkan ia hampir saja telat menjalankan sholat subuh.Wanita itu melangkahkan kakinya keluar kamar.
Diluar kamar ia kebingungan, kenapa rumahnya kini ramai orang?.
Dan kenapa mereka menangis?
Dimana ayah?, Dimana ibu?
Kenapa disini hanya ada mas Riski dan tetangga yang menangis?
Dan tunggu, sejak kapan mas Riski pulang."Loh, mas Riski udah pulang?, Kenapa enggak ngabarin Zahra dulu Mas, terus kok mas nangis sih?"tanya Zahra mendekati Riski kakak kandungnya.
"Deekk..."Riski memeluk Zahra, menumpahkan rasa sedihnya.
"Mas kenapa nangis?, Terus ini kenapa meja diangkut kedepan semua, terus ini tetangga pada kesini pagi-pagi banget, ada acara apa?"Zahra terus saja mengeluarkan banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya.
"Bunda dekk,"ucap Riski dengan suara parau.
"Ibu kenapa mas?"
Tak ada jawaban.
Riski hanya mampu menundukkan kepalanya.
Ia tidak mampu mengatakan sesuatu yang akan menyakiti hati adiknya."Jawab mas!, Bunda kenapa? Jangan buat Zahra takut."
"Bunda udah ga ada dek,"ucap Riski dengan suara pelan, sangat pelan.
"Hahahaha, asli ga lucu banget mas,"ucap Zahra yang masih tak percaya.
"Ga usah becanda pagi-pagi deh mas, ga lucu tau becandaan nya."lanjutnya.
"Mas ga lagi becanda dek, bunda emang udah ga ada. tadi ayah nelfon mas, katanya bunda tadi malam jam 3 minta diantar ke rumah sakit, kamu tau kan selama ini bunda ga pernah mau kalau berobat ke rumah sakit. Semalam adalah kali pertama beliau minta diantar ke rumah sakit. dan ayah barusan ngabarin kalau bunda udah ga ada tadi jam 4 di rumah sakit dek."ucap Riski mencoba menceritakan kejadian yang sebenarnya.
Ada rasa sesak dihatinya ketika harus menjelaskan itu kepada adik tercinta nya."Bunda,"parau Zahra.
"Mas ini cuma mimpi kan mas, ini mimpi kan!, Kasih tau Zahra kalau ini cuma mimpi kan!, Jawab mas!"Zahra menggoyang bahu Riski sambil terus terisak.
"Ini bukan mimpi dek, ini nyata. Allah udah kangen sama bunda, jadi bunda dipanggil lebih dulu untuk bertemu Allah dek."
"Gak! Ini ga mungkin!, Kalian disini pasti cuma nge prank Zahra kan kaya yang di tv tv gtu. Iya kan!!" Zahra sudah tidak bisa lagi membendung air matanya.
"Yang sabar dek, mas tau kamu merasa kehilangan banget. Tapi kamu harus ikhlas. Allah lebih sayang sama bunda, Allah engga mau bunda terus-terusan merasakan sakit. Sekarang bunda udah bahagia dialam yang berbeda."
"Engga mungkin .., bunda pasti masih hidup."
"Enggak dek, bunda udah kembali ke pangkuan Allah."
"Enggak mas!, Tadi malem aja bunda masih ke kamar Zahra dan dengerin Zahra hafalan mas. Ini enggak mungkin banget."
"Kematian itu sudah ditentukan dek, ga ada satu mahluk pun yang bisa menolak, mempercepat ataupun mencegahnya, yang bisa kita lakukan sekarang cuma doain bunda agar mendapat tempat yang terbaik disisi Allah."Riski menarik Zahra kedalam pelukannya.
Ia tau adiknya sangat terpuruk.
Hati Zahra sangat rapuh.
Riski harus menguatkan hati adiknya.
Walaupun disisi lain ia juga merasa kehilangan atas kepergian ibundanya.
Tapi ia harus mengesampingkan dirinya.
Yang harus Riski lakukan kali ini hanya berusaha tegar, berusaha kuat meski itu sangat berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuterima Khitbahmu
SpiritualSelamat datang di cerita baru saya . Kisah ini bercerita tentang seorang anak kyai yang jatuh cinta kepada seorang santriwati dalam diamnya. Lama memendamnya sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengkhitbah wanita pujaannya. Apakah santriwati itu aka...