badai

3.6K 287 20
                                    

_zahra pov_

Dimalam yang sunyi kini aku berdiri.
Menatap langit yang masih setia menemani.
Kini hidupku sepi tak bertuan lagi.
Tak ada lagi penyemangat, tak ada lagi senyuman hangat.

Ujian demi ujian, tak henti-hentinya datang menghampiri.
Tangisan demi tangisan, Seakan enggan tuk berhenti.

Belum usai aku mengobati luka atas kepergian bunda.
Kini luka itu kembali terbuka atas kepergian putraku yang selama ini aku damba.
Muhammad Syarif Gibran Al Farizi, kata ayahmu kamu adalah laki-laki kuat.
Dan engkau yang terkuat, kini bersama yang Maha Kuat.

Masih terasa getar gerakmu dalam rahimku
Gerakan terakhirmu disusul nyeri seluruh tubuhku.
Bukannya aku tak menerima takdir Allah
Tapi berat bagiku melepasmu

Aku percaya dalam kehidupan pasti akan ada kematian.
Dalam perjumpaan pasti akan ada perpisahan
Begitulah suratan takdir tuhan
Semua yang di miliki hanyalah titipan.

Tetesan air mata mengiringi dalam setiap kehilangan
Hanya akan menyisakan kenangan dalam kepahitan
Mungkin hanya kesabaran yang mampu menguatkan
Dan hanya keikhlasan menjadi penawar kesedihan

Sudah 2 Minggu sejak kepergian mu.
Dan sejak itu pula, hidupku bak kelabu.
Sayang, sulit rasanya aku merelakan kepergianmu.
Tapi aku bisa apa selain menerima?

Bantu bunda agar bisa ikhlas sayang ,
pergilah dengan tenang, jadilah cahaya syurgaku.
Jadilah penguat yang terkuat
Karna sungguh tak ada yang terkuat
Kecuali Allah yang Maha kuat
Dengan segala takdir yang di kehendaki nya.

Selamat jalan putra ku,
Semoga engkau menjadi wasilah
Penolong ayah bundamu
Bunda mencintaimu.

_zahra pov end_

Dari sudut yang berbeda, seorang pria menatap lamat kearah wanita yang kini menatap langit diatas sana.
Ia bingung harus berbuat apa, dirinya juga merasakan kehilangan yang amat dalam.
Belum lagi desakan dari luar sana yang membuat pikirannya tidak tenang.
Dan sekarang ia harus menyaksikan wanita pujaannya harus hidup diselimuti kesedihan.

Sulit memang untuk menjalani takdir yang tidak ingin dilalui.
Tapi dirinya tidak bisa berbuat hal lain selain menguatkan dirinya dan orang-orang disekitarnya.

Perlahan, Gus Fahmi mulai melangkahkan kakinya menghampiri Zahra.

"Indah kan bulannya," ucap Gus Fahmi sembari menatap langit.

"Tapi ia hanya sendirian, akan lebih indah jika bulan itu ditemani bintang."balas Zahra yang masih memandang langit yang sama.

"Kata siapa bulan sendirian?"Zahra menoleh kearah Fahmi, mereka saling memandang untuk beberapa detik.

"Sejatinya bintang itu tidak pernah meninggalkan bulan, hanya saja cahaya bintang sedikit redup sehingga kita yang jauh tidak bisa melihatnya. Tapi bagi bulan, bintang selalu ada bersamanya, menemaninya."ucap Gus Fahmi.

"Hanya karena bintang tidak terlihat oleh mata bukan berarti dia tidak ada keberadaannya."lanjutnya sembari menatap Zahra yang masih memandang bulan diatas sana.

"Belajarlah untuk mengerti bahwa sesuatu yang baik tidak akan diizinkan pergi, kecuali di ganti dengan yang lebih baik lagi. Memang melepaskan itu berat, tapi mau sampai kapan kamu menyiksa diri kamu sendiri dengan larut dalam kesedihan ini."Zahra menoleh kearah Fahmi, kini kedua saling tatap. Sorot keduanya menyimpan jutaan luka dan kesedihan.

"Ada dua pilihan ketika kita di beri sesuatu oleh Allah. Bersyukur atau bersabar, tidak ada pilihan ke tiga. Jika di beri nikmat kita bersyukur , dengan itu insyaAllah
nikmat kita  bertambah. Kalau di beri cobaan kita bersabar , dengan itu kita akan semakin belajar. Mengeluh hanya membuat hati  semakin resah dan gelisah. Hanya dengan do'a bisa membuka jalan sukar menjadi mudah. Dalam hidup kita boleh merencanakan apa saja tapi ingat bahwa Allah yang maha kuasa atas segalanya." Air mata Zahra sudah tidak mampu lagi terbendung, air mata itu sudah kembali tumpah.

Kuterima KhitbahmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang