lamaran

5.3K 424 14
                                    

Hari demi hari kini telah ia lalui.
Luka, air mata dan duka kini sudah tersimpan rapi dalam ruangan pribadi didalam hati.
Setiap hari ia belajar bagaimana caranya mengikhlaskan sesuatu yang memang sudah sepantasnya pergi.

Kini sinar senja tergantikan dengan indahnya cahaya bintang.
Tugas matahari diganti dengan tugas sang bulan.
Pertanda telah datangnya waktu malam.

Wanita cantik tengah sibuk mengerjakan tugas sekolahnya.
Tangan yang begitu lentik bergerak perlahan, menggoreskan tinta hitam yang menghiasi buku yang tadinya putih bersih.
Sampai akhirnya suara ringtone hp nya berbunyi mengganggu pikirannya.
Tidak ada nama yang tertera, hanya ada sederet angka tak dikenal.

'Assalamualaikum'


'Waalaikumsalam'

'Benar dengan nak Zahra?'

'Iya benar, ini siapa ya?'

'Saya ali'

'Ali siapa? Dan ada perlu apa nelfon saya?'

Maaf bukannya sombong atau tidak tau adab
Tapi memang alangkah baiknya jika seorang wanita itu jika menerima telfon dari seseorang yang tidak ia kenal terlebih lagi seorang laki-laki lebih baik langsung saja tanyakan siapa dan apa maksud dari tujuannya.

'saya Muhammad Ali pengasuh sekaligus putra dari pendiri pondok pesantren Al Anbiya Pacitan dan saya cuma mau menyampaikan sesuatu sama kamu'

'Masyaallah, astaghfirullah maaf pak yai, maaf Zahra sudah berlaku tidak sopan terhadap pak yai. Tapi Zahra benar-benar tidak bermaksud seperti itu, Zahra hanya mengamalkan apa yang diajarkan sama mas Zahra untuk tidak terlalu menanggapi jika ada akhi yang menelfon atau mengirimkan pesan'

'Hehehehe iya ga apa-apa, saya faham kok'

'Makasih pak yai, ouh ya tadi njenengan matur kalau mau menyampaikan sesuatu sama Zahra memangnya apa ya?'

'Begini, anak saya menaruh perasaan sama kamu'

'Maaf, nama putra pak yai siapa ya?'

'Fahmi, mungkin kamu tidak mengenalnya'

'Maksud pak yai mas Fahmi Santri di pondok nya ustadz Zakaria bukan?'

'Benar, semenjak pertama kali dia bertemu dengan kamu dia sudah memiliki rasa terhadap mu, namun dia tidak berani untuk mengungkapkan perasaan nya langsung sama kamu. Saya tidak akan pernah mengijinkan anak saya berpacaran sebelum menikah, maka dari itu saya ingin melamar kamu untuk anak saya, bagaimana? Apa kamu setuju? Jika ia secepatnya saya beserta keluarga akan ke Jawa tengah untuk melakukan pertunangan.'


Zahra hanya mampu mendengarkan dengan seksama apa yang diutarakan oleh kyai Ali
Otaknya sulit untuk mencerna setiap kata demi kata yang ia dengar.

'Zahra? Kamu masih dengarkan saya kan?'

'Eoh, masih pak yai'

'Jadi bagaimana? Kamu menerima lamaran saya?'

'Hmmmm, maaf pak yai tapi saya masih sekolah, masih belum kepikiran untuk menikah. Lagian Zahra juga belum sanggup untuk menjadi istri yang Sholehah'

'Oh ya sudah kamu lanjutkan dulu sekolah mu, saya juga tidak memaksa kamu untuk menjawabnya sekarang, pikirkan dulu matang-matang. Ya sudah saya hanya ingin menyampaikan itu saja, saya akhiri dulu ya
assalamualaikum'

'Waalaikumsalam pak yai'

Ini beneran ga sih? Pikirnya dalam hati

***

Kuterima KhitbahmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang