marahan

4.7K 346 7
                                    

Malam ini indah bercahaya.
Purnama menerangi alam raya.
Berseri indah menggantikan sang Surya.

Diantara bintang gemintang.
Purnama teduh tuk dipandang.
Sepasang manusia saling memeluk menyalurkan kasih dan sayang.
Seakan keduanya sama-sama takut akan kehilangan.

"Mas lepas dulu deh, aku mau ngambil cemilan di dapur." Ucap Zahra.

"Nanti aja sayang, masih nyaman ini."Fahmi justru kian mengeratkan pelukannya, mencari posisi yang nyaman.

Saat ini keduanya tengah duduk di sofa depan televisi di ruang tengah rumahnya.
Menyaksikan drama Turki kesukaan Zahra.
Sejujurnya Fahmi tidak terlalu suka menonton drama atau apapun sebagainya.
Ia hanya meng-iya-kan permintaan Zahra yang memintanya untuk menemani Zahra menonton.
Sedari tadi Fahmi tidak peduli dengan jalur cerita dramanya.
Fokusnya hanya tertuju pada wanita yang berada disebelahnya.

"Tapi aku pengen nyemil mas, lepas dulu sebentar." Zahra berusaha melepas pelukan sang suami, namun nihil.
Fahmi tengah berada dimode manja nya.

"Ya udah deh, tapi saya ikut" pintanya.

"Ya udah ayok," Zahra pasrah jika sudah menghadapi Fahmi yang seperti ini.

Dia harus ekstra lebih sabar meladeni suaminya,
Ia seperti memiliki bayi besar jika seperti ini.

Zahra berjalan menuju dapur rumah dengan Fahmi yang masih saja setia memeluk Zahra dari belakang.
Wajahnya sesekali menelusup ke leher Zahra yang masih tertutup hijab instan.

Langkah mereka berhenti di depan pintu lemari es.
Membukanya, dan mengambil beberapa cemilan dan minuman untuk menemani mereka menonton drama.

"Mas mau juga?" Tanya Zahra, ia sedikit menolehkan wajahnya kesamping melihat wajah tampan Fahmi yang bertengger di bahunya.

"Hmm." Fahmi berdeham tapi juga menggelengkan kepalanya.

"Iya apa enggak?"

"He'em."

"Terserah kamu mas, jawabnya he'em tapi geleng-geleng."

"Saya nanti minta punya kamu aja sayang."

"Ih mana boleh gitu," protes Zahra.

"Boleh sayang."

"Enggak mas,"

"Ihhhh boleh." Ucap Fahmi dengan nada manja.

Mendengar suara Fahmi yang jauh berbeda dari biasanya membuat Zahra mengerutkan keningnya.

"Mas Fahmi demam?" Tanya Zahra sembari meletakkan punggung tangannya didepan dahi Fahmi.

"Enggak panas tapi," lanjutnya.

"Iya emang saya enggak lagi demam sayang,"

"Tapi mas Fahmi kaya___" ucap Zahra menggantung.

"Tapi apa? Udah ah ayok kedepan, ga capek apa berdiri terus kaya gini. Punggung aku pegel ini." Protes Fahmi, pasalnya dari tadi Fahmi harus menundukkan tubuhnya agar lebih mudah memeluk Zahra.

"Lagian siapa suruh peluk aku."

"Ih lama," ucap Fahmi, dan sedetik berikutnya tubuh Zahra sudah melayang di udara.
Fahmi menggendong Zahra, membawanya kembali ke ruang tengah.

Fahmi mendudukkan tubuh mungil Zahra diatas sofa.
Kemudian ia membaringkan tubuhnya sendiri dan menjadikan paha Zahra sebagai batalnya.

"Sayang, kamu sudah jengukin anaknya ustadzah Linda belum?" Tanya Fahmi.

"Udah kemarin bareng Fatma sama Asyifa."jawab Zahra, pandangannya masih setia menatap kearah layar kaca didepannya.

"Lucu ya yang,"

Kuterima KhitbahmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang