Malam semakin larut, semilir angin malam terasa dingin menyentuh permukaan kulit.
Dengan gemercik air hujan yang tidak henti-hentinya turun. Suasana malam yang sepi membuat Zahra nampak sedikit ketakutan. Tak lama setelah kepergian Fahmi, Zahra mengedarkan pandangannya karena mendengar sayup-sayup rintihan dari seorang perempuan. Ia menajamkan Indra pendengarannya karena memang suara rintihan itu sangat pelan, hampir tidak terdengar. Ditambah lagi dengan adanya hujan yang cukup deras membuat rintihan itu semakin tak terdengar.Dengan langkah perlahan, Zahra mengikuti dari mana sumber suara tersebut. Kakinya berjalan menuju danau yang terletak tak jauh dari tempatnya berteduh, ia menghiraukan tubuhnya yang mulai basah kuyup karena guyuran air hujan. Sesampainya ia ditepi danau, penglihatannya langsung tertuju pada perempuan yang terbaring lemah membelakanginya dan tentu saja dengan tubuh yang basah kuyup juga.
Zahra menghampiri perempuan tersebut, ia membalikkan tubuh perempuan itu. Zahra nampak terkejut dengan kondisi perempuan itu yang cukup mengenaskan. Wajahnya pucat, dengan perut yang sudah membesar. Tunggu, membesar? Bukankah itu artinya perempuan itu tengah mengandung?.
Seketika Zahra mendadak panik mengetahui bahwa perempuan itu tengah hamil, ditambah lagi dengan melihat pergelangan tangan perempuan itu yang mengeluarkan banyak darah akibat luka sayatan yang cukup dalam. Sepertinya perempuan ini mencoba untuk mengakhiri hidupnya, terbukti dengan adanya pecahan kaca yang berada tak jauh dari tubuh perempuan itu pikir Zahra.
"Mbak, mbak bisa dengar saya?"tanya Zahra sembari mencoba menyadarkan perempuan itu, ia menepuk pelan pipi perempuan tersebut.
Tak terdengar sahutan dari wanita itu selain suara rintihan yang amat pelan.
"Mbak, mbak tunggu sebentar ya. Saya panggilkan suami saya, mbak harus bertahan sebentar saja. Saya mohon."ucap Zahra.
Dengan langkah yang tergesa-gesa, Zahra berjalan menuju tempat parkir mobil suaminya. Belum sempat dirinya sampai ditempat parkir, Zahra lebih dulu bertemu dengan suaminya, Fahmi.
"Astaghfirullah sayang, kenapa malah hujan-hujanan. Kan saya sudah bilang tunggu disana, lihat sekarang bajumu basah kan. Nanti kalau kamu sakit gimana?"Fahmi langsung menanyakan beberapa pertanyaan kepada Zahra.
"Maaf mas, tapi ini penting. Tadi Zahra menemukan perempuan hamil yang sedang tergeletak lemas dengan luka sayatan di lengannya. Jadi aku mutusin buat nyamperin mas Fahmi ke parkiran buat bantuin perempuan itu."jawab Zahra dengan raut khawatirnya.
"Sekarang perempuan itu dimana?" Tanya Fahmi.
"Ada didekat danau tak jauh dari tempat kita berteduh tadi."jawab Zahra.
"Ya sudah, kita kesana sekarang. Tapi kamu pakai dulu ini payungnya." Ucap Fahmi sembari memberikan payung yang tadi dipegangnya.
"Ga usah mas, lagian nanggung juga aku udah basah kuyup gini. Mending dipake mas Fahmi aja."
"Justru itu, saya tidak mau kamu semakin kedinginan karena harus terus menerus terkena air hujan, soal saya tidak perlu dikhawatirkan."ucap Fahmi dengan nada tegas seolah tidak mau dibantah.
"Biar adil, kita sama-sama pake. Sepayung berdua." Jawab Zahra.
"Baiklah."
Mereka melangkahkan kakinya menuju tempat perempuan itu berada, dengan tangan kanan Fahmi yang memegang payung dan tangan kirinya ia gunakan untuk memeluk erat pinggang Zahra, mendekatkan tubuh Zahra kearahnya agar tidak terkena air hujan.
Sesampainya disana, Zahra langsung menghampiri wanita itu. Menopang kepalanya diatas pahanya. Dengan Fahmi yang memayunginya. Wajah wanita itu tampak semakin pucat dari sebelumnya, suara rintihan yang tadi sempat terdengar kini sudah menghilang. Tangan Zahra terulur untuk menyentuh nadi ditangan yang tidak terdapat luka, Zahra sempat mengucapkan syukur karena nadinya masih berdetak meskipun sangat pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuterima Khitbahmu
EspiritualSelamat datang di cerita baru saya . Kisah ini bercerita tentang seorang anak kyai yang jatuh cinta kepada seorang santriwati dalam diamnya. Lama memendamnya sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengkhitbah wanita pujaannya. Apakah santriwati itu aka...