Ranum sang mentari menyambut pagi.
Kala fajar kembali menampakkan diri.
Pagi ini, baru saja Fahmi membuka matanya, ia langsung dihadiahi dengan rasa mual yang tiba-tiba menyerangnya.
Ia langsung bangkit dari tidurnya dan menuju ke kamar mandi untuk memuntahkan cairan dari mulutnya.
Perut Fahmi benar-benar mual, rasa-rasanya ia ingin memuntahkan seluruh isi perutnya.
Tapi nyatanya, hanya cairan bening yang keluar dari mulutnya.
Astaga, ini benar-benar menyiksa.Tapi sejujurnya ia sedikit bersyukur karena ia yang harus merasakan mual ini, bukan Zahra.
Kalau Zahra yang merasakan ia akan benar-benar dibuat tidak tega melihat istrinya tersiksa karena harus merasakan itu.Zahra yang mulai terusik dengan suara Fahmi yang berusaha memuntahkan isi perutnya, ia mencoba untuk membuka matanya.
Ketika kesadarannya sudah kembali terkumpul, ia melangkahkan kakinya menghampiri Fahmi.Kemudian tangan lentik Zahra perlahan mulai memijat diarea tengkuk leher Fahmi.
Fahmi sedikit tersentak karena kedatangan Zahra, belum sempat ia berucap, rasa mual kembali menghampirinya."Udah mendingan?" Tanya Zahra ketika mendapati Fahmi yang mulai berhenti memuntahkan cairan bening itu.
"Lebih baik," jawab Fahmi seadanya, tubuhnya benar-benar lemas saat ini. Belum juga tubuhnya diisi stamina, ia sudah diserang rasa mual.
"Mau siap-siap sholat subuh dulu atau mau minum teh anget dulu?" Zahra dengan telaten menuntun Fahmi keluar dari kamar mandi.
"Enggak perlu, nanti biar saya sendiri yang buat teh anget nya. Kamu duduk aja, jangan capek-capek."
"Capek apanya, orang aku aja baru bangun." Ucap Zahra.
"Udah mas Fahmi duduk dulu, aku buatin teh anget ya."lanjutnya.
"Terimakasih," jawab Fahmi.
"Belum juga dibuatin udah makasih aja," guman Zahra.
***
Matahari sudah mulai menampakkan wujudnya, banyak manusia yang sudah memulai aktivitasnya.
Hari ini Zahra tidak mengikuti pembelajaran di pesant, tentu saja karena larangan dari suaminya.Setelah mengetahui bahwa Zahra tengah dalam kondisi mengandung anaknya, Fahmi benar-benar menjadi lebih manja dan posesif terhadap Zahra.
Semenjak semalam perhatian selalu Fahmi berikan pada Zahra,
Ia seolah lupa jika dirinya tengah dalam keadaan kurang sehat.Kabar mengenai Zahra yang tengah hamil belum diketahui oleh penduduk pesantren, termasuk keluarga Fahmi.
Rencananya Fahmi baru akan memberitahu mereka ketika mereka berkunjung ke ndalem nanti siang.Saat ini, Fahmi ingin menghabiskan waktunya bersama istri dan calon buah hatinya tentunya.
"Kamu ga bosen mainin tangan aku terus mas?"tanya Zahra ketika Fahmi yang tengah sibuk memainkan tangannya lebih dari satu jam lamanya, entah itu memutar-mutar jari Zahra, atau mencubit gemas tangan Zahra, bahkan sesekali menggigit pelan jari imut Zahra.
"Kenapa? Ga boleh?, Kamu ga suka tangannya aku mainin gini?"jawab Fahmi sedikit diiringi protesan.
Sejujurnya Zahra sedikit merasa aneh dengan sikap Fahmi yang sekarang sedikit lebih sensitif. Semenjak tadi pagi, Fahmi sudah beberapa kali marah-marah tidak jelas karena hal kecil.
Bahkan tadi pagi ia mengomel tidak jelas hanya karena nasi goreng yang ia buat sendiri rasanya tidak enak.Ya, tadi pagi entah ada angin apa, Fahmi tiba-tiba pergi ke dapur dan membuat nasi goreng.
Niatnya sih ia ingin memberikan perhatian lebih kepada istrinya, tapi ternyata nasi goreng yang dibuat Fahmi tidak seenak buatan Zahra"Enggak mas enggak, mas boleh ngelakuin apa aja sama aku. Tubuh aku milik mas, oke?" Jawab Zahra.
"Hmm," Fahmi hanya bergumam dan kembali melanjutkan aktivitas nya yang tertunda, yakni memainkan tangan Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuterima Khitbahmu
SpiritualSelamat datang di cerita baru saya . Kisah ini bercerita tentang seorang anak kyai yang jatuh cinta kepada seorang santriwati dalam diamnya. Lama memendamnya sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengkhitbah wanita pujaannya. Apakah santriwati itu aka...