santri

3.8K 297 5
                                    

Fajar datang singkirkan malam.
Bias-bias sinar memecah kelam.
Riuh nyanyian burung mengusir sunyi.
Embun memudar terpapar mentari.
Bunga tidur isyaratkan hati.
Yang mati takan pernah kembali.

Pagi kembali hadirkan harap.
Setelah kita bertukar mimpi
Bermain di negeri awan khayalan.
Di temani rembulan separuh bulatan.

Hari ini, ditempat para santri dididik jadi pribadi yang mandiri tengah mengadakan acara untuk memperingati hari santri yang jatuh pada tanggal 22 Oktober.
Para santri tengah berada di aula pesantren, mendengarkan wejangan yang disampaikan oleh pemilik sekaligus pengasuh pondok pesantren, yakni KH Muhammad Ali atau yang sering dipanggil Abah Ali.

"Menjaga adab kepada guru adalah kunci untuk memperoleh futuh,  Al-Imam al-Quthub al-Habib Ali bin Hasan al-Atthas pengarang kitab 'Syarah Ratib Al-Attas' radhiyallah anhu pernah mengatakan :
ﺍﻥ ﺍﻟﻤﺤﺼﻮﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﻔﺘﺢ ﻭﺍﻟﻨﻮﺭ ﺍﻋﻨﻲ ﺍﻟﻜﺸﻒ ﻟﻠﺤﺠﺐ، ﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﺍﻻﺩﺏ ﻣﻊ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻭﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﻣﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﺒﺮ ﻣﻘﺪﺍﺭﻩ ﻋﻨﺪﻙ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻚ ﺫﺍﻟﻚ ﺍﻟﻤﻘﺪﺍﺭ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺷﻚ.

'Memperoleh ilmu, futuh dan cahaya (maksudnya terbukanya hijab-hijab batinnya), adalah sesuai dengan kadar adabmu bersama gurumu. Kadar besarnya gurumu di hatimu, maka demikian pula kadar besarnya dirimu di sisi Allah tanpa ragu'. (al-Manhaj as-Sawiy, hlm. 217)." Abah Ali duduk di kursi yang ada di atas panggung sembari menjelaskan pada para santrinya.

"Oleh karena itu diceritakan bahwa Al-Imam Nawawi ra. ketika hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di perjalanan dan berdoa, 'Ya Allah, tutuplah dariku kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorangpun yg menyampaikan kekurangan guruku kepadaku'. (Lawaqih al-Anwaar al-Qudsiyyah, hlm. 155). Dan beliau juga pernah mengatakan dalam kitab At-Tahdzibnya:
ﻋﻘﻮﻕ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ ﺗﻤﺤﻮﻩ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻭﻋﻘﻮﻕ ﺍﻻﺳﺘﺎﺫﻳﻦ ﻻ ﻳﻤﺤﻮﻩ ﺷﻲﺀ ﺍﻟﺒﺘﺔ.

'Durhaka kepada orang tua dosanya bisa hapus oleh taubat, tapi durhaka kepada gurumu tidak ada satupun yang dapat menghapusnya'. Tetapi bukan berarti dengan ini kalian bisa bertindak semena-mena dengan orang tua kalian, nanti setelah ini kalian durhaka kepada orang tua kalian terus ngomong sama orang tua kalian, 'kata Abah kan kalau durhaka sama orang tua masih bisa bertobat'  itu namanya kalian mengkambinghitamkan saya, nanti saya yang juga terkena imbas dosanya." Para santri sedikit terkekeh mendengar penjelasan dari Abah Ali.

"Dan kalian juga tidak boleh membuat guru-guru kalian marah atau tidak suka dengan sikap kalian. Al-Imam Al-Quthub Al-Habib Abdullah bin Alwi al Haddad ra pernah mengatakan, 'Paling bahayanya bagi seorang murid, adalah berubahnya hati gurunya kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan si murid itu, nescaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah redha kembali '. (Adaab Suluk al-Murid, hlm. 54)."

"Dahulu, diceritakan bahwa ada seorang santri yang tengah menyapu tempat belajar milik gurunya, tiba-tiba Nabi Khidir datang kepadanya. Maka santri tersebut tidak sedikitpun menoleh dan mengajak bicara kepada Nabi Khidhir. Lalu Nabi Khidhir pun berkata kepadanya, 'Hai santri apakah engkau tidak mengenalku?' Santri itu menjawab, 'Iya aku mengenalmu, engkau adalah Abul Abbas al-Khidhir'. Maka Nabi Khidhir berkata kembali, 'Mengapa kamu tidak meminta sesuatu dariku?'. Dan santri itu menjawab, 'Guruku sudah cukup bagiku, sehingga tidak lagi tersisa satu hajatpun kepadamu'. (Kalam al-Habib Idrus al-Habsyi, hlmn. 78). Kaitannya dengan hal ini,  Al-Imam Al-Quthub Al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad ra berkata, 'Tidak sepatutnya bagi penuntut ilmu mengatakan pada gurunya, ''Perintahkan aku ini, berikan aku ini'', karena itu sama saja menuntut untuk dirinya. Tapi sebaiknya dia seperti mayat di hadapan orang yg memandikannya '.
(Ghoyah al-Qashd wa al-Murad, jilid 2, hlm. 177). Para ulama ahli hikmah mengatakan:
'Barangsiapa yang mengatakan ”kenapa ?'' Kepada gurunya, maka dia tidak akan bahagia selamanya' (Al-Fataawa al-Hadiitsiyyah : 56).
Selain itu, Para ulama hakikat mengatakan :
'Tujuh puluh persen ilmu itu diperoleh karena faktor kuatnya hubungan dalam hal batin, adab dan baik sangka antara murid dengan gurunya'. "

Kuterima KhitbahmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang