Hari-hari silih berganti, berangkat dari ketakutan satu bertemu ketakutan lainnya. Terhalang rintangan satu, lolos, kemudian bertemu dengan rintangan lainnya. Mendengar duka satu, hilang sebentar, lalu hiruk duka lainnya.Hari-hari berganti dan diri masih berdiri, menapak sekuat kaki, setangguh hati. Entah kata apalagi yang bisa menjelaskan seberapa kuatnya diri ini.
Sudah dua bulan lamanya Zahra melewati beratnya ujian ini bersama-sama dengan Fahmi.
Keduanya saling menguatkan meski sering kali diiringi tangisan.
Namun tidak ada perjuangan yang tidak membuahkan hasil.
Buktinya saat ini mereka sudah benar-benar ikhlas menjalani suratan takdir yang harus mereka jalani.Pagi ini, didalam sebuah ruang kelas dimana Fahmi tengah menerangkan sebuah materi kepada para santri dan salah satu santri itu adalah Zahra, istrinya sendiri.
"اَلْمُعْرَبَاتُ قِسْمَانِ قِسْمٌ يُعْرَبُ بِالْحَرَكَاتِ وَقِسْمٌ يُعْرَبُ بِالْحُرُوفِ"
"Yang di i'rab itu ada dua bagian, ada yang di i’rab dengan harkat (baris) dan ada yang di i’rab dengan huruf."ucap Gus Fahmi yang tengah menerangkan bab i'rab didepan sana.
"فَاَلَّذِي يُعْرَبُ بِالْحَرَكَاتِ أَرْبَعَةُ أَنْوَاعٍ "
"Maka yang di i’rab dengan baris itu ada empat macam. Ada yang bisa jawab?"tanya Gus Fahmi.
"Ana Gus,"terlihat Ning Bila tengah mengangkat tangannya.
"Silahkan Ning."
"Isim Mufrad, Jama’ taktsir, Jama’ muannats salim, dan Fi’il Mudhari’ yang tidak bersambung dengan akhirnya sesuatupun Gus. Dan semuanya itu (yang di i’rab dengan baris) di rafa’kan dengan dhammah, dinashabkan dengan fathah, dan dijazmkan dengan sukun. Dan keluar dari itu tiga hal; jama’ muannats salim dinashabkan dengan kasrah, isim yang tidak menerima tanwin dijarkan (dikhafadhkan) dengan fathah dan fi’il mudhari’ yang mu’tal akhiranya dijazmkan dengan membuang akhiranya."jawab Ning Bila.
"Masyaallah Ning, jawaban dari kamu sudah sangat benar." Gus Fahmi dengan terang-terangan memuji Ning Bila.
Ning Bila yang mendapatkan pujian itupun langsung dibuat salah tingkah, ia menundukkan kepalanya menahan gejolak bahagia yang saat ini ia rasakan.
"Terimakasih Gus," jawab Ning Bila malu-malu.
Sedangkan dikursi lain tanpa disadari ada wanita lain yang tengah menatap kearah mereka berdua dengan tatapan yang tak terbaca.
"Baiklah, selain i'rab baris seperti yang dijelaskan oleh Ning bila tadi ada lagi i'rab huruf. Yang dii’rab dengan huruf itu ada empat macam, Isim Tatsniyah, Jama’ mudzakkar salim, isim-isim yang lima, dan fi’il-fiil yang lima, yaitu يفعلان وتفعلان ويفعلون وتفعلون وتفعلين"
"Ning Zahra, bisa tolong bantu saya untuk menjelaskan lebih rincinya?" Lanjut gus Fahmi sembari menatap kearah tempat duduk Zahra, baliau meminta Zahra untuk menjawab bukan karena apa. Hanya karena ia menyadari perubahan mimik wajah Zahra yang seolah cemburu ketika dirinya memuji perempuan lain.
Gus Fahmi juga sengaja memanggil Zahra dengan sebutan Ning dengan tujuan untuk sedikit membahagiakan hati Zahra dan itu tentu saja membuat Zahra dibuat malu dan salah tingkah dalam waktu yang sama.
"Afwan Gus, ijin menjawab."
"Silahkan."
"Yang pertama isim tatsniyah, Isim tatsniyah itu dirafa’kan dengan alif, dinashabkan dengan ya dan dijerrkan dengan ya. Jama’ mudzakkar salim itu dirafa’kan dengan wawu, dinashabkan dengan ya dan dijarkan dengan ya. Adapun Isim-isim yang lima, maka di rafa’kan dengan wawu, dinashabkan dengan alif, dan dijarkan dengan ya. Dan yang terakhir fi’il-fi’il yang lima, mereka dirafa’kan dengan huruf nun, dan dinashabkan dan dijazamkan dengan membuang huruf nun."jawab Zahra mencoba menjelaskan apa yang ia ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuterima Khitbahmu
SpiritualSelamat datang di cerita baru saya . Kisah ini bercerita tentang seorang anak kyai yang jatuh cinta kepada seorang santriwati dalam diamnya. Lama memendamnya sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengkhitbah wanita pujaannya. Apakah santriwati itu aka...