Hari ini Zahra mencoba bangkit dari keterpurukannya dan mencoba untuk menjalani kehidupannya.
Meski ia tau ini berat baginya, tapi apa salahnya berusaha?
Dengan langkah yang sedikit lunglai, tatapan matanya kosong.
ia melangkahkan kakinya menuju kelasnya.Atas permintaan dari ayah dan kakaknya akhirnya Zahra memutuskan untuk kembali bersekolah setelah satu Minggu ia tidak bersekolah.
"Aaaaa zahraaaaa, akhirnya kamu sekolah jugaaa. Kita semua kangen tau." ucapan Lina menyambut kedatangan Zahra.
"Iya bener banget, sepi tau ngga ada kamu disini." Dinda membenarkan Lina.
Tidak ada balasan dari Zahra. Ia hanya menampilkan senyumannya.
Dia juga tidak tau harus membalas apa"Ya udah yuk duduk."ajak Lina.
***
istirahat.
Kini Zahra tengah duduk menyendiri di kursi yang ada di tepi lapangan belakang sekolah nya.
Zahra masih saja menjauh dari keramaian, seolah engganPikiran nya tak pernah lepas dari kenangan kenangan indah bersama ibunya.
Ia tahu yang ia lakukan tidaklah benar, ia juga tahu kalau itu akan memberatkan ibunya nanti di alamnya.
Namun ia juga tidak bisa munafik bahwa ia masih belum bisa sepenuhnya melupakan kenangan bersama ibunya.Memang benar yang dikatakan orang-orang.
Melupakan tidak semudah yang dibayangkan.
Ibu itu seorang wanita yang mencintai anaknya melebihi siapapun.
Namun mengapa ia juga yang menghadirkan rasa sakit yang tidak bisa disembuhkan oleh obat manapun.Zahra masih saja larut dalam pikirannya.
Sampai sampai ia tidak sadar bahwa seseorang telah mengisi kursi kosong disebelah nya."Assalamualaikum ukhti,"
"Eoh, waalaikumsalam ustadz."
Ya, orang yang duduk disebelah Zahra adalah ustadz Bony.
Zahra sedikit menggeser posisi duduknya untuk lebih jauh dari ustadz Bony, setidaknya hingga ada jarak diantara mereka.
Bukan maksud apa, hanya saja Zahra takut jika nantinya akan timbul fitnah."Gimana keadaan kamu?"
"Alhamdulillah ustadz."
"Ustadz turut berdukacita atas meninggalnya bunda kamu ya."
"Makasih ustadz,"
"Masih sering keinget almarhumah bunda kamu?"
"Masih ustadz."
"Ustadz tau kamu merasa kehilangan sosok bunda dari hidup kamu, tapi Jangan terlalu larut dalam kesedihan itu, nangis boleh tapi bukan berarti matamu harus berlinang air mata setiap waktu, sedih juga boleh, asal jangan sampai kesedihan itu akan memberatkan bunda kamu disana."ucap ustadz Bony dengan tatapan nya lurus memandang kedepan.
"Zahra enggak bisa ustadz, bunda itu satu-satunya semangat hidup Zahra. Kalau bunda aja udah pergi ninggalin Zahra, Zahra juga siap jika harus menyusul bunda kesana sekarang."
"Istighfar Zahra!"
"Afwan ustadz, tapi ustadz ga tau gimana rasanya jadi Zahra." perlahan air mata kembali mengalir dipipi mulus Zahra.
Su'ul adab emang Zahra.
"Ustadz paham, sangat paham. Kehilangan seseorang yang sangat kita cintai memanglah sangat sakit, Tapi Percaya deh sama ustadz, segala sesuatu yang terjadi itu pasti ada tujuannya, walau tidak semua nya berakhir bahagia setidaknya perjalanan menuju tujuan itu mendewasakan.
Ini semua adalah bagian dari ujian yang diberikan Allah kepada hambanya.
Allah ingin menguji seberapa kuat iman kita, jadi berhenti bersedih. Ikhlas kan bunda kamu, kalau bunda kamu tau kamu terus-terusan larut dalam kesedihan kaya gini pasti beliau sedih banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuterima Khitbahmu
SpiritualSelamat datang di cerita baru saya . Kisah ini bercerita tentang seorang anak kyai yang jatuh cinta kepada seorang santriwati dalam diamnya. Lama memendamnya sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengkhitbah wanita pujaannya. Apakah santriwati itu aka...