Penagih

1.1K 51 1
                                    

Sekitar pukul setengah dua belas malam, pintu rumah Lizzie diketuk dengan keras. Seolah orang tersebut tidak sabar untuk masuk.

Wajah Lizzie seketika memucat.
Semua orang begitu menghindarinya ketika mengetahui permasalahan hutang Ayahnya. Siapa orang yang mau bertamu?

Lizzie tidak ingin membuka pintu rumahnya. Ia bersembunyi di dalam kamar tidur dan meringkuk ketakutan di pojok ruangan. Sebisa mungkin ia tidak membuat suara.

Suara geraman lelaki terdengar.

"Sial?! Kami tahu Anda berada di dalam rumah Nona?!! Kami adalah penagih hutang dari bank tempat Ayah anda meminjam uang!! Segera buka pintunya!!"
Ketukan pintu semakin keras hingga dinding sekitar bergetar.

Lizzie semakin takut, tubuhnya gemetaran. Ia hanya sendirian disini. Lizzie tidak tahu ada berapa orang diluar rumahnya. Melawan pun percuma.

"Cepat Nona?! Atau terpaksa kami akan mendobrak pintu rumahmu?!!"

Apakah Tetangganya tidak ada yang mendengar suara gaduh? Apakah mereka benar benar tidak ingin menolong?

Lizzie meraih pisau buah kecil yang terletak di meja kamarnya. Ia mengenggamnya dengan erat.

Pintu rumah Lizzie di buka secara paksa. Tampak tiga orang pria bertubuh besar mendominasi rumahnya yang kecil, kemudian mereka segera mencari keberadaan Lizzie.

"Kau tidak perlu bersembunyi Nona, kami pasti menemukanmu dirumah yang kecil ini"

Mereka berpencar. Dan salah satunya memasuki kamar Lizzie.

Dengan sekuat tenaga Lizzie menerjang pria yang datang kearahnya, menancapkan pisau kecil pada lengan pria tersebut dalam dalam.

Dengan sekuat tenaga Lizzie menerjang pria yang datang kearahnya, menancapkan pisau kecil pada lengan pria tersebut dalam dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara teriakan kesakitan terdengar nyaring, mengundang kedua teman pria tersebut.

"Aaarghh?!! Bang*at! Lenganku?! Hei , dia disini cepat kemari?!!"

Lizzie mencoba untuk berlari, pintunya masih terbuka.

"Gadis kurang ajar?! Cepat kejar dia?!"

"To..tolong.." Teriak Lizzie lirih ia mulai menangis.

Langkah kakinya yang kecil tentu tidak dapat mengimbangi mereka. Tubuh mereka lebih besar dua kali lipat dari Lizzie.

Dicengkramnya tangan Lizzie sampai memar. Lalu Lizzie ditampar dengan keras hingga tubuhnya terpanting.

"Jangan harap akan ada orang yang menolong mu Nona?!! Ayahmu lah yang menjanjikan kami untuk membawamu sebagai jaminan hingga hutangnya lunas!!"

Pandangan Lizzie mulai kabur dan kepalanya merasa pusing. Ahkibat tamparan pria penagih itu pipi Lizzie terasa nyeri.

Saat itu juga betapa Lizzie sangat membenci Ayahnya. Ia yang menyebabkan Ibu menderita dan juga karena Ayahnya lah Lizzie harus mengalami ini semua.

Beberapa pasang mata mengintip dari celah pintu dan jendela. Tetangga Lizzie seolah mendapat tontonan gratis. Rasanya seperti sedang ditelanjangi di depan umum.

Benar tidak akan ada yang berani menolongnya, Ayahnya lah yang membuat jaminan. Jika ada yang menentang tentu mereka juga akan ikut terlibat. Siapa yang mau?

Lizzie diseret menuju mobil yang terparkir diujung jalan.

"Aku mau dibawa kemana?" Tanya Lizzie cemas.

"Ketempat seharusnya kau berada Nona. Rumah mu itu sudah bukan milikmu lagi. Dan kau harus membayar sisa hutang ayahmu." pria penagih itu tersenyum menakutkan.

Hatinya terasa sesak, rumah yang penuh dengan kenangan bersama Ibunya. Sekarang Lizzie tidak dapat merawat dan menempati nya lagi.

Oh Tuhan.. Selamat kan aku. Aku sudah sangat putus asa.

***

Lizzie dibawa pergi jauh dari rumah yang biasa ia tinggali. Menuju ke tempat yang lebih terpencil dari pusat kota.

Perjalanan yang cukup panjang. Kurang lebih selama satu setengah jam mobil itu membawanya sampai ke tujuan.

Sebelum nya dua teman penagih lainya meminta diturunkan ke klinik kecil untuk mengobati lengan rekanya yang ditusuk Lizzie tadi.

"I..ini dimana?" Tanya Lizzie melihat keseliling tempat.

"Kau akan tau nanti. Cepat!?" pria penagih menuntun nya dengan paksa.

Masih banyak pepohonan rimbun disana, dan sedikit bangunan rumah terlihat. Kebanyakan adalah sebuah Bar dengan papan dan lampu berkerlap kerlip menghiasi depan rumah bertingkat.

Penagih hutang tersebut membawa Lizzie masuk ke sebuah bar yang paling mewah dan cantik dekorasi ruanganya.

"Selamat datang di Bar Madam Loretta.." sapa para pelayan Bar serentak.

"Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya salah satu wanita berambut pendek sebahu , ia memiliki tahi lalat di dekat matanya.

"Saya sudah ada janji dengan madam Loretta." jawab pria penagih hutang.

"Baiklah sebelah sini jalannya.." wanita itu menunjukan sebuah ruangan remang remang.

Sebelum memasuki ruangan itu, wanita tersebut memandang Lizzie dengan tatapan yang tidak dapat ia mengerti.

Apakah ada yang salah pada dirinya?

Ruangan yang dimasuki sangat minim cahaya. Pencahayaannya dari lampu redup berwarna kuning dan merah.
Terdapat beberapa sofa empuk yang sangat besar dan terlihat nyaman untuk diduduki.

Seorang wanita paruh baya telah menunggu disana. Umurnya berkisar hampir 50 tahun, namun ia sangat menjaga penampilan nya sehingga masih terlihat umur awalan 40 tahun.

Ia sedang menyesap rokoknya sambil meminum segelas red wine.

"Madam Loretta.."

Something Wrong With You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang