Keputusan Will

633 39 3
                                    

Seperti biasa jika Will ingin membicarakan suatu hal yang penting, maka ia akan menuju ke ruang kerjanya. Lizzie mengikuti langkah kaki lebar Will.

Tetapi sudah lewat sepuluh menit, Will tidak segera bicara. Ia tampak sedang berpikir keras. Sesekali Will menyugar rambutnya dan mengetukan jemarinya yang panjang di atas permukaan meja kerja. Diam diam Lizzie mengamati gerak gerik Will.

Sambil menunggu Will memulai percakapan. Lizzie juga sedang memikirkan sebuah rencana, untuk makan malam nanti. Lizzie berniat akan memasakan menu makanan spesial untuk Will. Ia akan meminta bantuan beberapa pelayan untuk menyiapkan meja makan di dekat kolam dihiasi dengan beberapa lilin.

Sesekali Lizzie ingin merubah suasana saat makan malam bersama Will. Terlebih cuaca juga sedang cerah.

"Lizzie.." suara bariton Will memecah kesunyian. Lizzie menunggu Will menyelesaikan kalimatnya dengan sabar.

"Lizzie, Aku memperbolehkan mu untuk pergi dari mansionku, Aku tidak akan menahanmu lagi untuk tinggal disini.."

Pikiran Lizzie seketika buyar. Wajahnya yang cerah ceria berubah menjadi kaku. Mata Hazel Lizzie langsung menatap ke arah mata perak milik Will dengan penuh tanya. Seolah Lizzie belum mempercayai apa yang baru saja dikatakan Will Turner.

"Kenapa?"

"Kau tahu siapa aku sekarang. Aku tidak ingin melibatkan mu lebih jauh ke dalam bahaya seperti waktu itu."

"Aku tidak mempermasalahkan nya." Tegas Lizzie.

"Bukankah kau juga menginginkan kebebasan dariku."

Lizzie terdiam mendengar perkataan Will yang terahkir. Memang benar, dirinya pernah mengatakan pada Will bahwa ia tidak bisa selamanya tinggal di mansion tanpa ikatan yang pasti dari Will. Lizzie memiliki kehidupan sendiri dan juga masa depan  yang harus dijalani.

Namun Lizzie tidak pernah menyangka bahwa waktunya akan datang secepat ini. Lizzie masih ingin bersama dengan Will Turner. Tetapi pria dihadapan nya tidak berpikiran sama. Apakah Will sudah bosan denganya?

Tubuh Lizzie gemetar menahan tangis. Matanya berkaca kaca. Will dapat melihat dengan jelas.

Ingin rasanya Will meninju dirinya sendiri karena telah membuat Lizzie menangis.

"Baiklah.. Beri aku waktu.." Lizzie berusaha menahan suaranya agar tidak terdengar serak karena menangis. Ia segera beranjak dari tempat duduknya.

"Selamat sore Will.."

Lizzie setengah berlari meninggal Will sendirian di ruang kerjanya.

Will ingin sekali mencegah Lizzie pergi. Lalu menariknya ke dalam dekapannya. Dan memeluk Lizzie erat erat sambil mengatakan bahwa Will telah mencintai Lizzie. Menciumi Lizzie sepuasnya dan bercinta hingga lelah seperti waktu itu.

Tetapi kaki Will seolah terpaku ke lantai. Pikiran rasionalnya menguasai.

Mungkin ini keputusan yang terbaik. Will tak ingin Lizzie menjadi incaran para pembunuh bayaran lain dan berada dalam situasi yang membahayakan nyawanya lagi. Walaupun ia harus mengorbankan perasaanya sendiri.

Diluar sana Lizzie akan bertemu dengan pria yang lebih baik darinya. Pria biasa, tidak memiliki latar belakang yang kelam seperti Will. Lizzie akan hidup di lingkungan yang lebih aman.

Tetapi dengan membayangkan Lizzie disentuh oleh pria lain membuat amarahnya timbul.

Will merasa marah dengan dirinya sendiri. Ia menjungkir balikan semua benda yang ada di sekitarnya. Lalu tangannya mengepal erat dan meninjukan ke arah meja yang terbuat dari kaca tebal tepat di sampingnya.

Something Wrong With You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang