Menyadari Perasaan

627 47 1
                                    

Will mengikuti jejak kaki kuda yang mengarah ke  dalam hutan. Jalanan menjadi licin karena lumpur. Di depan sana sekitar lima meter jaraknya dari tempat Will berdiri, terdapat jurang yang cukup curam dan terjal. Will berharap Lizzie tidak jatuh terpelosok di jurang itu.

Will mengamati tanah yang masih basah, sekarang ia berdiri tepat di tepi jurang. Kuda yang ditunggangi Lizzie memang sempat berhenti disini. Jejak kaki kudanya tidak beraturan. Kemudian Will melihat dari arah berlawanan, ada jejak lain, yaitu tapak kaki seseorang. Tapak kaki yang kecil.

Itu milik Lizzie.

Apakah Lizzie sempat terjatuh dari kuda?

Dipastikan kuda yang di naiki Lizzie menyadari adanya jurang di depan mata hingga membuat kuda itu panik.

Ketakutan Will kian menjadi. Will berharap Lizzie tidak mengalami cedera serius saat terpental dari kuda. Membayangkan lehernya yang mungil patah, menghantam tanah dengan keras, membuat Will semakin gelisah.

Will mulai bersiul. Maximus langsung meringkik menyahut siulan Will. Tetapi tetap tidak ada respon dari kuda Lizzie.

Will terus bersiul dan melanjutkan pencariannya.

Telinga Browny bergerak saat mendengar siulan dari Will. Browny menyepakkan kaki nya ketanah sesekali ia juga meringkik mendengar suara tuannya.

Browny mendengus, mengitari tubuh Lizzie seakan tidak ingin meninggalkannya sendirian di dalam hutan. Tetapi Tuannya terus memanggil.

Ahkirnya Browny berlari menuju ke arah suara tuannya berada. Derap kakinya dapat di dengar oleh Will.

Dari sisi kanan jalan tempat Will berdiri, seekor kuda coklat tengah berlari menuju kearahnya. Kuda itu milik Lizzie.

Browny tampak tidak tenang. Kakinya terus menyepak tanah. Lalu Browny berlari kembali menuju ke dalam hutan seolah ia ingin segera memberi tahukan ada sesuatu di dalam sana. Will pun mengikutinya.

Langkah Browny terhenti di salah satu pohon yang besar dan tinggi. Will memicingkan matanya dari kejauhan.

Seketika Will segera melompat turun dari punggung kuda saat ia melihat tubuh Lizzie telah bersandar di samping pohon. Will menghampiri Lizzie.

Diamatinya wajah Lizzie yang mulai memucat, bibirnya membiru. Sebagian wajah Lizzie terdapat luka dan sedikit lebam. Kaki dan tangan Lizzie penuh goresan. Baju Lizzie basah kuyup serta sobek di beberapa tempat.

Will langsung memeluk tubuh mungil Lizzie erat erat. Lizzie tetap tidak bangun dari tidurnya. Jemari tangan Lizzie begitu dingin. Tetapi Will masih dapat merasakan detak jantung Lizzie yang kian melemah.

Will berusaha menyalurkan kehangatan tubuhnya.

"Lizzie sadarlah.." ucap Will lirih, tetapi bibir mungil Lizzie tetap tertutup rapat.

Will menciumi bibir Lizzie yang dingin.

Jika Lizzie mati, Will tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

Untuk pertama kalinya Will merasa takut kehilangan seseorang. Sejak kapan Lizzie begitu berarti di kehidupan Will?

Mungkin Will sudah jatuh cinta saat pertama kali mereka bertemu di rumah bordil dan selama ini ia selalu mengira semua ini hanyalah ketertarikan biasa.

Will takut jika ia tak bisa lagi memandang mata Hazel milik Lizzie.

"Lizzie aku mencintaimu, bukalah matamu.."

Tanpa sadar Will mengucapkan kata kata yang selalu ia hindari selama ini. Walaupun terlambat dan Lizzie tidak akan mendengarnya.

Dengan perlahan Will menaikan tubuh Lizzie di atas punggung Maximus. Seperti terbuat dari porselen mahal, Will memperlakukan Lizzie dengan sangat hati hati.

Will memacu kudanya dengan sangat perlahan. Di sepanjang jalan lengannya yang kokoh menjaga tubuh Lizzie agar tidak terjatuh dan selalu berada di dalam dekapannya.

Sesampainya di mansion, ia membaringkan tubuh Lizzie di dalam kamar pribadinya sendiri. Hal itu memudahkannya untuk terus menjaga Lizzie.

Will sudah mengganti pakaian Lizzie yang basah. Lalu Will menyelimuti tubuh Lizzie agar tetap hangat. Will pun menghidupkan perapian agar ruangan lebih hangat.

Will menelepon dokter pribadinya dan meminta bantuan agar tidak hanya mendatangkan satu perawat saja tetapi lebih banyak. Jika perlu sepuluh perawat sekaligus di datangkan ke mansionya untuk menyelamatkan beberapa pelayannya yang masih hidup.

Will memberikan jaminan bayaran yang tinggi untuk mengobati Lizzie dan para pelayannya hingga mereka sembuh total.

Mendengar perintah dari Will Turner yang tampak mendesak, dokter Martin segera datang ke mansion Will dengan beberapa perawat yang ia miliki.

Dokter Martin tidak merasa terkejut sama sekali saat melihat kekacauan di mansion Will Turner. Karena ia sudah mengetahui profesi yang sedang di geluti Will. Dokter Martin juga sering mengobati Will jika ia mengalami luka yang cukup serius saat menjalankan tugasnya.

Dokter Martin hanya sedikit heran, Will begitu mengkhawatirkan wanita yang bernama Lizzie ini. Seperti bukan Will yang ia kenal, begitu dingin terhadap lawan jenisnya.

Rasanya tidak mungkin jika wanita ini adalah salah satu seorang pelacur yang sedang di sewa Will. Pastinya Will hanya mengirim nya ke rumah sakit sambil memberikan sejumlah uang lalu pergi dan tidak akan merawatnya dengan dokter pribadi di dalam kamarnya sendiri. Will juga tampak sangat khawatir melihat keadaan wanita ini. Tentu wanita ini sangat beraarti bagi Will Turner.

Apakah Will sekarang sudah membuka hatinya untuk wanita ini?

"Dia mengalami Hipertermia, pastikan tubuhnya tetap hangat. Aku sudah mengoleskan salep pada beberapa luka memarnya, dan sepertinya wajah gadis ini membentur benda keras."

Will mengepalkan tangannya mendengar penjelasan Dokter Martin.

"Apakah dia mengalami cidera yang serius?"

"Tulang hidungnya sedikit retak tetapi tidak ada cidera serius lainnya. Tenanglah Will tulang gadis ini dapat pulih kembali, dia hanya perlu istirahat yang panjang."

"Baiklah. Kau boleh pergi."

Dokter Martin meninggalkan kamar Will.

Will duduk di samping ranjang. Ia meraih tangan Lizzie dan menciumnya dengan lembut, lalu Will menggenggam erat tangan kecil Lizzie.

"Maafkan aku, telah melibatkanmu sejauh ini.." Will tampak begitu menyesal.

Tatapan mata Will menjadi dingin saat ia mengingat Donn Berton. Will memastikan Donn Berton akan mati di tangannya sendiri dengan perlahan namun menyakitkan. Karena ia telah menganggu wanita miliknya.

***
Hanya beberapa pelayan Will yang selamat, salah satunya Bibi Lisa walaupun ia dalam keadaan kritis saat ditemukan.

Namun Bibi Lisa harus kehilangan Suaminya Mark karena melindunginya. Bibi Lisa sangat terpukul. Dalam pemulihannya ia terus menangis. Para pelayan lain mencoba untuk menghibur.

Bibi Lisa berusaha menerima semua kejadian yang telah dialaminya. Ini memang resiko pekerjaan sebagai pelayan Will Turner. Saat mengetahui bahwa Will adalah seorang pembunuh bayaran Bibi Lisa tidak segera pergi dan memilih pekerjaan di tempat lain yang lebih aman untuknya.

Karena sejak awal Will telah menolong keluarganya. Saat Amily masih balita, dirinya dan Mark harus kehilangan rumah sekaligus usahanya ahkibat kebakaran. Seluruh harta benda miliknya habis dilalap api.

Mencari pekerjaan yang layak untuk memulihkan keuangan mereka sangat lah sulit, surat surat berharga sebagai persyaratan melamar pekerjaan ikut terbakar.

Mark bekerja serabutan, namun itu belum mencukupi kebutuhan sehari hari. Terlebih mereka harus menyewa rumah untuk sekedar berteduh.

Will datang menawarkan sebuah pekerjaan dan tempat tinggal untuk mereka dengan gaji yang lumayan tinggi. Mereka merasa tertolong. Lalu Bibi Lisa dan Mark berjanji akan  terus mengabdi pada Will Turner walaupun ia seorang pembunuh bayaran sekalipun.

Yang terpenting anaknya dapat hidup dengan lebih baik. Namun kini anak satu satunya Amily masih koma tidak sadarkan diri.

Something Wrong With You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang