Hari ini langit sedikit cerah, Lizzie memutuskan untuk berjalan jalan keluar mansion menuju kota. Sebenarnya Will menawarkan diri untuk mengantar Lizzie, tetapi ia menolak.
Lizzie butuh waktu untuk sendiri, berdekatan dengan Will selalu membuat dadanya sesak. Lizzie harus membiasakan diri bahwa hubungan mereka hanyalah sekadar ketertarikan biasa antara pria dan wanita. Tidak lebih dan tidak akan berubah menuju ke jenjang yang lebih serius.
Mungkin jika Lizzie sudah membayar semua hutangnya pada Will, ia berniat untuk berpamitan dan pergi dari mansion Will.
Will menyuruh Amily dan Mark untuk menemani Lizzie pergi ke kota.
Berjalan jalan ke kota memang pilihan yang tepat, sudah lama Lizzie tidak merasakan berada dalam kerumunan orang seperti ini. Biasanya ia berkeliling mengantar roti dari satu toko ke toko lain.
Lizzie terlalu antusias. Ada toko kue yang baru saja dibuka, aroma roti yang sedang di panggang membuatnya ingin membeli. Lalu Lizzie juga tertarik pada toko barang antik, di sana menjual pernak pernik lucu.
Lizzie lupa akan status nya yang baru di masyarakat.
Lizzie Elmer sekarang bukanlah gadis pengantar kue keliling yang tinggal bersama ibunya. Tetapi saat ini Lizzie lebih di kenal sebagai pel*cur yang pernah tinggal dirumah bordil dan sekarang menjadi wanita simpanan pria kaya.
Bisikan merendahkan mulai terdengar di telinga. Beberapa orang yang dulu sempat mengenal Lizzie sengaja bergosip di dekatnya agar Lizzie dapat mendengar dengan jelas.
"Apakah dia tak punya malu?"
"Lihatlah pakaiannya terlihat lebih bagus, bukankah ia cukup miskin untuk sekedar membeli gaun?"
"Dia mendapatkan uang banyak karena telah menjadi pel*cur.."
"Aku dengar dia juga menjadi simpanan pria kaya.."
"Ibunya tidak akan tenang disana karena anaknya telah menjadi seorang pel*cur. "
"Mungkin Ibunya gantung diri tidak hanya karena terlilit hutang, tetapi anaknya sudah menjadi pel*cur duluan.."
Lizzie meremas roknya erat erat. Rasa senangnya seketika sirna. Ia diam mematung.
"Andaikan bergosip adalah tindakan ilegal, mungkin sekarang penjara akan penuh dengan wanita wanita yang suka bergosip.." Tiba tiba Amily bersuara. Para wanita yang membicarakan Lizzie langsung bermuka masam.
"Mungkin dia salah satu teman pel*curnya.."
"Benar benar orang orang ini tidak tau etika.." Amily terlihat marah dan hendak menampar mereka. Dengan cepat Lizzie menghentikannya.
"Tidak apa apa. Sebaiknya kita segera pergi, ada tempat lain yang ingin kukunjungi.." Lizzie menarik Amily keluar dari toko.
Amily menatap wanita penggosip itu dengan tatapan sengit. Sepanjang perjalanan Amily mengomel karena masih merasa jengkel.
"Kenapa nona menghentikanku menampar para wanita beracun itu.."
"Tenanglah Amily. Sebaiknya kau tidak perlu membuang tenaga mu hanya untuk mereka.."
"Mereka tidak tahu apa yang telah dialami nona selama ini.." Amily tampak khawatir kepadanya. Lizzie sedikit terhibur.
"Terimakasih Amily.."
"Kita mau kemana nona Lizzie?"
"Aku ingin pergi melihat rumah yang dulu kutinggali.."
Butuh keberanian untuk datang kesana. Lizzie sudah memantapkan hatinya. Ia ingin melihat kondisi rumah yang penuh akan kenangan bersama ibunya. Sekalipun itu kenangan pahit, Lizzie tidak dapat melupakan begitu saja.
Entah rumah itu sekarang telah dihuni orang lain atau justru tidak terawat karena tidak ada yang meninggali.
***
Dari kejauhan sudah tampak rumah yang pernah ditinggali Lizzie tidak terawat. Mungkin tidak ada orang yang mau tinggal dirumah yang kecil itu terlebih rumah itu pernah menjadi tempat untuk bunuh diri.Lizzie merasa sedih walaupun ini bukan rumahnya lagi. Atapnya sebagian rusak, seluruh tanaman dalam pot mati kekeringan. Rumahnya yang dulu tampak hangat sekarang terlihat suram.
Dengan perlahan Lizzie masuk kedalam rumah. Terdengar suara decitan dari pintu yang dibuka. Debu menyambutnya. Lizzie terbatuk. Ia melangkah lagi , dalam penerangan yang minim Lizzie samar samar melihat ada seseorang berbaring di atas kursi panjang.
Hampir saja Lizzie berteriak mengira itu hantu. Pandangnya mulai menyesuaikan dalam gelap. Tetapi justru kini mata Hazel nya membelalak kaget dengan apa yang dilihatnya.
Orang itu Tonny Elmer.
Jadi selama ini ayahnya tidur disini?
Menyadari ada orang yang datang, Tonny segera terjaga dan mulai waspada. Mengingat terahkir kali Will datang menemuinya. Tetapi yang di dapati adalah putrinya berdiri mematung di depan pintu. Tonny menyeringai.
"Apakah kau ingin minta maaf dan menyesal karena telah mengusir ayahmu sendiri nak."
Ketakutan Lizzie yang sempat hilang kini kembali lagi. Melihat ada sesuatu yang tidak beres, Amily mendekat dan memeriksanya. Amily masih ingat dia adalah Ayah Lizzie.
"Sebaiknya kita segera pulang nona, Tuan Will sedang menunggu anda.." Amily meraih lengan Lizzie.
"Anakku yang malang, mendekatlah Ayah akan memberi tahu sesuatu hal yang mungkin tidak akan pernah kau kira mengenai kekasihmu itu.." Tonny berjalan mendekat.
"Tuan sebaiknya anda jangan mengacau, aku akan berteriak memanggil ayahku.." Amily mengancam.
Kekasihku? Apakah yang dimaksud adalah Will Turner?
"Langsung saja kukatakan, lihat jariku ini, luka yang baru kudapat. Will lah yang memotong jari jariku.." Tonny menunjukan beberapa jarinya yang hilang ke arah Lizzie.
Wajah Lizzie seketika memucat mengamati luka yang masih tampak baru itu. Apa maksud dari perkataan Tonny Elmer?
Amily mulai berteriak memanggil ayahnya. Sedangkan Tonny terus berbicara sebelum Mark datang.
Tonny tidak bisa tinggal diam. Mengapa Will begitu peduli akan pendapat Lizzie tentang dirinya. Pasti Lizzie tidak mengetahui bahwa Will orang yang terbiasa membunuh orang. Sepertinya Will menyembunyikannya dari Lizzie. Biar saja dia mati, ia juga sudah tidak ada gunanya hidup. Untuk terahkir kalinya Tonny ingin membuat hidup Will tidak tenang.
"Segeralah lari dari mansion itu nak, karena Will Turner adalah orang yang sudah terbiasa membunuh dan menyiksa orang lain.."
Sebuah pukulan keras mendarat di rahang Tonny Elmer hingga ia jatuh ke tanah. Mark datang.
"Jangan dengarkan perkataannya Nona, ayo kita pulang.." Amily dan Mark menuntun Lizzie kedalam mobil.
Sebelum Lizzie benar benar meninggalkan ayahnya, ia dapat mendengar Tonny berteriak untuk terahkir kalinya.
"Jika aku tiba tiba mati atau menghilang, ingatlah Lizzie bahwa Will Turner lah yang telah membunuhku!!"
Kata kata itu terus berdengung di telinga Lizzie. Hingga kepalanya terasa sakit.
"Apakah semua itu benar? " Lizzie bertanya kepada Amily dan Mark tetapi mereka hanya diam dan tidak menjawab.
"Sebaiknya Nona tidak terlalu mempercayainya, mungkin itu karena pengaruh alkohol.." ujar Mark meyakinkan.
Ada sesuatu yang janggal, mengapa seperti ada yang disembunyikan dari nya. Tetapi apakah ayahnya juga dapat benar benar dipercaya?
Memang benar Tonny Elmer adalah pemabuk, mungkin perkataannya hanya melantur. Bisa saja Tonny masih merasa marah atas perlakuannya waktu itu sehingga ia mengarang cerita untuk menakutinya.
Jari Tonny yang putus terlintas di benaknya. Tidak mungkin juga Tonny memotong jarinya sendiri. Kecuali dia telah menjadi gila.
Tiba tiba semuanya tampak seperti abu-abu. Tidak ada yang bisa Lizzie percayai saat ini. Seperti menerima kenyataan pahit dan Lizzie terus menyangkalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Wrong With You (END)
RomancePeringatan!!! Diperuntukkan usia 18+, terdapat unsur kekerasan dan adegan dewasa. **** Lizzie Elmer harus menghadapi kenyataan. Ibunya mati bunuh diri dan ayahnya kabur karena terjerat hutang dengan angka yang begitu banyak. Kini para penagih menero...