Begitu banyak hal yang terus-menerus dijadikan prioritas oleh dunia tanpa batas.
Memaksakan kehendak tiap diri agar mengikuti ritme yang semakin rumit.
Situasi pelik penuh pekik.
Seakan tak mengizinkan kaki berjalan pelan.
Raga kian ditarik untuk tak berkutik.
Didorong keras melewati alur yang membawa arus, yang sayangnya tak selalu mulus.
Kewarasan mau tak mau mulai tergerus.
Ingin rasanya berlari dari dunia yang semakin tak bisa dimengerti.
Termenung, tak sadar pelupuk mata mulai mendung.
Mulai berusaha mengingat langkah mana yang telah dilewati, agar bisa kembali pada orientalitas diri.
Lalu, mengais kenangan yang pernah dipahat sebelum kehilangan jati.
Lalu, membongkar catatan usang terkait kesesuaian rencana dengan pilihan yang akhirnya dipilih.
Lalu, memantau dari kejauhan apa-apa saja yang sudah dilakukan supaya merengkuh kepribadian asli sesuai keinginan Illahi.
Kemudian, bingung.
Terlalu banyak ketidak-sesuaian.
Begitu banyak ketidak-sabaran.
Terlampau banyak ketidak-konsistenan.
Akhirnya, di sudut relung yang entahlah kapan berujung, diri menyadari bahwa, jangankan dunia, memahami hakikat tujuan hidup pun belum mampu ternyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggil Aku Introver
RandomCatatan panjang. Ketika berjalan, duduk di angkutan umum, membeli sesuatu di berbagai tempat, di mana pun itu, pernahkah terpikir tentang beberapa hal lalu berakhir pada membahasnya sendirian? Jika pernah, maka karena itulah work ini ada. Daripada h...