'Teman'?

8.6K 949 173
                                    

---

Sampai hari ini, aku tidak pernah percaya keberadaan teman.

Mungkin mereka ada.

Namun, itu bagi orang lain.

Tidak denganku.

Aku masih belum bisa meyakinkan diri bahwa,

sosok seorang teman itu memang ada.

Bukannya egois.

Namun, ada beberapa alasan yang membuatku mengatakan ini.

Dan itu akan terus menjadi referensiku kala mencari sosok yang dapat kukategorikan sebagai teman.

Aku merangkap semuanya dari pengalaman pribadi yang pernah kualami.

Dari yang sejak menginjak bangku sekolah dasar, hingga kini menyentuh kursi perkuliahan.

Karena aku termasuk sosok introvert yang tak mau banyak bercerita, izinkan aku mengungkapkannya dengan berbagai pertanyaan.

Sebelum itu, kuharap kamu membacanya dengan tenang.

Karena bagiku kata-kata ini bukan hanya sekedar sekelumit aksara di sebuah media.

Tapi ini adalah tumpahan bulir yang bagiku cukup berharga.

Dan harus kukatakan bahwa,

Ini tentang penyesalan dan kebodohan seorang introvert yang katanya mudah berbelas kasih.

Baik.

Oke, kita lanjutkan.

Hm.

Masih pantaskah seseorang dikatakan teman, ketika ia hanya datang ketika butuh? Yang muncul tiba-tiba tanpa diundang dengan segala ratap dan harap, kemudian pergi setelah dapat?

Masih pantaskah seseorang dikatakan teman, ketika ia benci melihat kesuksesanmu? Yang menatap sinis kala keinginanmu tercapai, dan ia perlahan menjauhimu tanpa sebab?

Masih pantaskah seseorang dikatakan teman, ketika ia menyebarkan rahasia yang berulang kali kamu ingatkan bahwa, jangan pernah beritahukan pada siapapun?

Masih pantaskah seseorang dikatakan teman, ketika ia tidak menghargai apapun yang kamu lakukan untuknya? Yang padahal jika kamu tidak membantunya kala itu, ia tidak akan bisa mendapatkan apa yang kini ia peroleh?

Masih pantaskah seseorang dikatakan teman, ketika ia melupakanmu setelah memperoleh teman baru? Yang selalu ia puji-puji, seakan menyindir keberadaanmu yang katanya tak berguna itu?

Masih pantaskah seseorang dikatakan teman, ketika bentuk kepamrihannya jelas nampak di depan mata? Yang selalu mengharapkan feedback darimu jika ia telah membantu?

Masih pantaskah seseorang dikatakan teman, ketika jiwa negative-thinkingnya melebihi kecurigaan polisi kepada narapidana? Yang selalu merasa bahwa kamu selalu membicarakannya di belakang?

Masih pantaskah mereka dipanggil dengan sebutan 'teman'?

Pantaskah?

Entahlah.

Tapi,

kurasa tidak.

Sama sekali.

Yang kutahu, teman adalah mereka yang bertepuk tangan dengan sukacita kala kesuksesan terbit dari hidupmu.

Yang kutahu, teman adalah mereka yang mendukungmu untuk bangkit, bukan malah menatap sinis kemajuanmu.

Yang kutahu, teman adalah mereka yang datang menepuk bahumu, bertanya tentang bagaimana kehidupanmu beberapa hari ini, kemudian memeluk erat kala mendengar keluh-kesahmu.

Bukan justru menjauh.

Bukan.

Bukan juga mereka yang hanya ingin dibantu, namun tak berniat untuk bahu-membahu meringankan kesulitanmu.

Baiklah.

Terserah bagaimana kamu menanggapi apa yang kutulis.

Aku hanya ingin menyampaikan satu hal.

Untuk siapapun yang sedang mencari sosok seorang teman,

kuharap kalian membaca tulisan ini.

Menelaah dengan seksama kriteria teman yang tak pantas disebut 'teman'.

Sekali lagi.

Bacalah.

Sebelum akhirnya kalian akan menyesal,

sepertiku.

---







---
Ini hanya sudut pandang standar.
Hakikatnya, saya pun memiliki teman di dunia nyata :)









***
See you next time.

Panggil Aku IntroverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang