Meski kehadiran hujan sulit untuk ditemani oleh birunya langit, tidaklah mengapa.
Langit tahu, kesukaan hujan adalah membagi sukacita.
Niat hujan selalu baik, ingin menjadi
perantara pengabulan do'a.Usahanya selalu totalitas, memperlambat rintiknya, agar penghuni bumi memiliki banyak kesempatan untuk melangitkan harapan.
Hanya saja, di tengah kebaikan, ada saja yang justru membenci.
Wajah marah karena air yang meluap, caci maki, sumpah serapah, ghibah di mana-mana.
Dan di sana, langit masih memperhatikan hujan.
Membiarkan hujan menunduk, merenung dan berniat tuk pergi.
Langit masih menatap hujan, yang sedang menyiapkan kenangan sebelum hilang.
Lihatlah, bagaimana langit tidak terkagum.
Di tengah emosi yang terlempar padanya, hujan masih tetap berlaku baik.
Hujan, sanggup membagikan pelangi.
Dan langit, sejak tadi masih bersiap.
Kapanpun hujan meminta, ia akan bersedia.
Meski ia tahu, satu patah katapun tak akan hujan utarakan.
Meski ia tahu, hujan dan dirinya adalah dua keadaan yang sulit untuk dipertemukan.
Namun tenang saja, langit memaklumi.
Karena ia tahu, membahagiakan, menggantikan, atau bahkan menemani, tidak selalu harus bersama, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggil Aku Introver
RandomCatatan panjang. Ketika berjalan, duduk di angkutan umum, membeli sesuatu di berbagai tempat, di mana pun itu, pernahkah terpikir tentang beberapa hal lalu berakhir pada membahasnya sendirian? Jika pernah, maka karena itulah work ini ada. Daripada h...