Tulisan ini didekasikan kepada siapapun yang pernah melihat...
...temannya,
kerabatnya,
kakak atau adiknya,
siapapun mereka yang sedang ingin sendiri.
Yang barangkali membuat kita yang melihatnya serba salah hendak melakukan apa.
Kira-kira seperti inilah dilema di kepalanya, yang hendak dipecahkan saja rasanya, tapi tidak tahu entah bagaimana caranya.
Semoga paham dengan tata bahasa di sini. Dengan begitu bisa mendalami apa yang ada di diri mereka, dan di bawah nanti akan ada solusi agar bisa menyentuh hati mereka meski tidak seratus persen bisa untuk setiap pribadi.
Semoga bisa membantu.
***
✿✿✿
***
Beberapa orang mengharapkanku.
Semua.
Aku bersyukur mereka mempercayakan beban ini kepadaku.
Menganggapku mampu walau aku sendiri pun ragu.
Tapi aku akan berusaha.
Mencoba sekuat tenaga dan yakin aku pasti bisa.
Kamu tahu? Tidak semua orang seberuntung aku, diamanahi keinginan sebesar gunung meski badanku sekecil bukit.
Yang kupikul tidak seberapa.
Aku melihat orang lain semungil sungai tapi mampu menggapai harap orang-orang yang memercayakan harapan padanya yang setinggi angkasa.
Aku pasti bisa.
Aku pasti mampu menjadi seperti itu.
Lalu,
aku melangkah penuh percaya diri.
Optimis setiap rencana yang kutulis akan menjadi nyata cepat atau lambat.
Aku hanya tinggal berusaha, berdo'a lalu menyerahkan diri pada Rabb agar semua yang kulakukan akan maksimal apapun hasilnya.
Sejauh ini hampir semua yang bisa kuambil sebagai kemungkinan keberhasilan, kuraih dan kukerjakan tanpa henti dan bosan.
Aku tidak boleh menyerah.
Aku ini harapan.
Kamu harus tahu itu, wahai aku.
Semakin berjalannya waktu, aku masih belum menemukan celah yang membawaku pada keberhasilan.
Masih ada cara lain, atau mungkin aku masih ditunda untuk berhasil, juga barangkali akan ada kejutan lain yang lebih besar dari harapanku di ujung sana setelah banyak kegagalan ini.
Itulah pikiran percaya diriku setiap hari.
Selalu.
Mataku menatap danau di sebelahku.
Harapannya sama sepertiku, setinggi gunung, dan dia bisa menggapainya dalam waktu singkat, padahal dia sekecil itu. Mengapa aku tidak bisa?
Pandanganku beralih pada lautan di depanku.
Dia memiliki harapan sepertiku, dan kini dia terlihat hampir meraihnya. Meski aku tahu walaupun dia terlihat rendah, semua orang tahu dia memiliki kekayaan besar dan dalam di dirinya. Dia orang paling rendah hati yang pernah kutahu. Baiklah, dia memang layak jika berlari lebih awal dariku.
Aku mencari-cari, lalu menoleh ke belakang karena ada gemericik air yang mengusik pendengaranku.
Sebuah danau kecil yang rendah, batinku berbisik. Namun aku heran mengapa dengan mudah ia dapat merengkuh harapan. Pandanganku menelisik. Ada beberapa bunga-bunga indah mengitari tepinya. Lalu kulihat dia berusaha mempercantik diri dan menyenangkan hati pepohonan agar dapat segera tumbuh dan menjadikannya setinggi gunung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggil Aku Introver
RandomCatatan panjang. Ketika berjalan, duduk di angkutan umum, membeli sesuatu di berbagai tempat, di mana pun itu, pernahkah terpikir tentang beberapa hal lalu berakhir pada membahasnya sendirian? Jika pernah, maka karena itulah work ini ada. Daripada h...