Jika dirimu dikelilingi bingung tersebab sikapku yang sulit dipahami,
percayalah bahwa kepusinganmu itu valid, dan rasa bimbang atas apa yang mesti dirimu lakukan untuk memulai ialah wajar.
Kala dirimu menatap dari jauh dan tak nampak olehmu gelombang pada kanvas eskpresiku,
ketahuilah bahwa aku sudah tahu--kalau tidak salah kuterka--tapi tak mampu raut wajah ini menjelaskan.
Semua respon yang dirimu anggap beku,
bergelinding tak kunjung cair hingga mungkin membuatmu menduga-duga pun tak habis pikir,
ketahuilah hal itu terluncur dikarenakan ketidakmengertianku atas sesuatu;
Aku tidak tahu hendak menyuguhkan apa pada hadirmu di kejauhan sana; diam berdiri, tak mengutarakan apa-apa.
Dirimu harus tahu bahwa, sebelum sampai ragaku pada situasi yang tak mampu kuterka,
sejak dalam perjalananku dari antah-berantah hingga sampai pada perjumpaan di antara kita yang akhirnya tiba setelah sekian lama,
benar-benar telah berusaha gerak-gerik kuatur sedemikian rupa karena aku mengerti:
Salah paham kerap membumbung terkait interaksi, dan aku sungguh tidak tahu cara menyampaikan maksud dari mengapa sedemikian berani kakiku menujumu seorang diri.
Sayang sekali, buntu.
Sayang sekali, tak tahu dan tak mampu.
Sayang sekali, sebagai perempuan kaku, betapa aku kerap dilanda beku kala diminta untuk menunjukkan hasil dari isi kepala terkait sesuatu melalui gestur tubuh.
Jadilah: Kerumitanku semakin terpampang jelas ke permukaan dan dirimu telah melihatnya sendiri tanpa perlu kusampaikan.
Aku tidak mengerti hendak merespon apa karena segalanya adalah pertama kali.
Inilah salah satu caraku berkomunikasi, kuharap dirimu segera mengetahui.
Aku berusaha tetap menjaga batas diri, dan semoga dirimu bisa memahami.
Maka, seperti inilah gambaran hidupmu saat sepanjang hidup bersamaku nanti.
Kesanggupan dirimu kuyakin kian diuji, kala bertemu dengan paradoks berjalan seumur hidup penyebab sakit kepalamu kelak setiap hari.
Terima kasih telah menebarkan puzzle di banyak waktu-betapa begitu lama, dan cukup bagiku 'tuk merasa bersalah.
Perlu dirimu ketahui, bahwa aku telah mengerti teka-teki itu sejak dahulu kala.
Yang tidak kutahu, mengapa memintaku untuk melengkapi, sedangkan bagian lainnya dirimu simpan sendiri?
Yang tidak kutahu, mengapa dibiarkan aku 'tuk menyelesaikan, sedangkan dengan 'bersatu' bukankah segalanya 'kan menjadi utuh?
Dalam hal ini, paradoks-ku semakin nampak sudah:
Aku tidak tahu, bersamaan dengan itu, aku sudah tahu.
Maaf terucap jika tersebab hadirku sempat membuatmu tak percaya diri,
kelimpungan lalu runtuh,
tanpa kutahu bagaimana bisa,
aku yang aneh dan banyak kurangnya ini,mampu.
---
Jalaluddin Rumi
x
Fatima Ahmed (@frootyfabulous101)I choose to love you in silence, for in silence I find no rejection,
I can't love you in silence, you deserve to know you're loved.
I choose to love you in loneliness, for in loneliness no one owns you but me,
I don't know how to love you in loneliness, because i only learnt what loneliness felt like after i met you.
I choose to adore you from a distance, for distance will shield me from pain,
I can't just adore you from a far, for the more distance created, the more closer my heart pulls me to you.
I choose to hold you in my dreams, for in my dreams, you have no end,
I don't want to love you in just a dream, because that would make the reality you aren't present in feel like a nightmare.
---
Sincerity,
darisdamaay
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggil Aku Introver
RandomCatatan panjang. Ketika berjalan, duduk di angkutan umum, membeli sesuatu di berbagai tempat, di mana pun itu, pernahkah terpikir tentang beberapa hal lalu berakhir pada membahasnya sendirian? Jika pernah, maka karena itulah work ini ada. Daripada h...