Dua Sisi

90 8 0
                                    

Sejak tadi gamang melanda,
tentang mengapa setiap ucapmu meluap,
riuh timbul beradu tak tahu waktu.

Biar saja, pasrahmu tanpa aba, sembari menelisik sosok di pandangan mata, yang tak henti mengikuti gerak seluruhmu.

Tetapi, kala tanya di lubukmu perlahan menggelinding tertuju pada entah itu, ia bukan lagi peniru.

Heranmu mulai terpampang,
saat rungu menghirau suaramu yang sungguh diserupai tiada celah.

Tanda tanya kian membumbung, berakhir pada buncahan vokalmu yang terlontar tanpa ragu, "Mengapa pendirianmu tiada?"

Lantas tertandas gejolak pitam menggelegak. Ia mendelik tak terima lalu memekik, yang masalahnya, itu suaramu masih saja ia pakai, "Bukankah teguhmu terpengaruh oleh unggulku?"

Tanggapan dangkal moral, umpatmu.
Kesal tumpah ruah, lalu telapak tanganmu berlari menuju kepala ia yang menonjol uratnya, tapi lisanmu tak mampu berang, maka bibir pun terkatup.

Maka, dirimu ketuk miniatur keras itu sembari bergumam, "Bisa jadi asap kalau ini saja dijadikan patokan."

Belum usai aksaramu terungkap, mendadak ada nyeri tersembul. Rupa-rupanya, tanganmu sedang ia putar, kemudian terlepas begitu saja, lalu seluruh jemarinya mendarat pada kerah bajumu, dan lelucon itu datang lagi—suaramu mencuat dari lidahnya,

"Bisa jadi abu kalau ini saja dijadikan andalan,"
amat berapi-api sekali perkataan itu, sembari ia menunjuk salah satu bagian raga yang memang senang sekali dirimu andalkan—berujung pada kerap tersungkur—, dan jujur saja ia ada benarnya.

Tiba-tiba, kalian bersemuka.
"Terlalu serupa jika disebut penguntit,"
itulah komat-kamit sanubari masing-masing, kata-katanya sama pula.

Namun, kalian tak tahan lama akur, kembali berkelahi. Sesama hendak memberatkan badan agar ke sisi diri hasil timbangan. Tiada mau kalah. Berpegang karena sesuatu bernama jati.

Lalu, kulihat cermin, kupandang jari.

Bersuaralah lisanku, tersentuhlah kepalaku, kugenggam erat kerah baju, akhirnya, muncul pertanyaan dari isi kepala dan hatiku,

"Mau apa sebenarnya aku?"

Panggil Aku IntroverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang