Pak, jika anak Bapak ini tidak sesuai dengan apa yang Bapak inginkan,
bila ada celah yang membuat Bapak merasa bersalah lantaran kerap terlihat anaknya tumpah nan khawatir salah arah,
percayalah,
Bapak sudah terlalu banyak menuntun langkah.
Cukuplah rasanya Bapak bertanggungjawab memenuhi kelangsungan hidupnya di dunia,
maka do'a yang dipanjatkan oleh sang anak ialah,
semoga tak mencuat salah-menyalah kepada Bapak dari lidahnya di 'masa depan kelak',
tempat yang tiada guna harta benda dunia.
Jika ada kerusakan yang ia buat,
seharusnya memang itulah konsekuensi yang mesti ia dapatkan.
Ia yang mesti bertanggungjawab atas dosanya,
memohon agar diampuni Allah.
Tak lain karena, ia sudah baligh,
mestinya tahu mana yang mengandung maslahat, juga mafsadat.
Seharusnya, ia menanggung dosanya sendiri tanpa mengaitkan, terlebih menunjuk Bapak lantaran apa yang telah diperbuatnya,
yang padahal jangankan melakukan, mungkin sekadar mengetahui saja tidak.
Cukuplah perubahan warna rambut,
penglihatan mulai kabur,
kulit perlahan keriput,
sebagai pertanda betapa tidak layaknya sebagai seorang anak bersikap menyalahkan.
Bapak sudah terlalu banyak berjuang.
Bapak tidak perlu bertanggungjawab atas hal yang jelas-jelas tidak Bapak kerjakan.
Kita semua sama-sama belajar di dunia ini.
Bapak belajar menjadi seorang Bapak,
begitupun sang anak.
Tidak ada yang berpengalaman sebelumnya.
Kita semua baru tentang dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggil Aku Introver
RandomCatatan panjang. Ketika berjalan, duduk di angkutan umum, membeli sesuatu di berbagai tempat, di mana pun itu, pernahkah terpikir tentang beberapa hal lalu berakhir pada membahasnya sendirian? Jika pernah, maka karena itulah work ini ada. Daripada h...