Keinginan

121 25 12
                                    

Di masa kecil, beberapa dari kita kerap berambisi menjadi apa yang terlihat keren di pandangan. Biasanya, berkaitan dengan hal-hal yang belum bisa dicapai, sesuatu yang menarik untuk diimajinasikan.

Kita terkadang memang mudah sekali terobsesi pada apa yang muncul di depan mata. Begitupun, saat dewasa. Kita belum juga berubah. Masih saja ingin menjadi, atau mendapatkan sesuatu yang belum kita genggam.

Kita tak banyak belajar dari masa lalu. Coba diingat kembali, apakah yang kita inginkan kala itu semuanya terkesan masuk akal dan tercapai? Kebanyakan tidak. Ingin menjadi super-hero, princess disney, memiliki pabrik coklat besar seperti Willy Wonka.

Bahkan, hasrat ingin cepat beranjak dewasa—lelucon macam apa ini?

Sulit rasanya memukul sisi kurang realistis beberapa manusia. Entah bagaimana cara mengingatkannya. Begitu keras kepala. Padahal bukti dan sebab-akibat sudah terpampang, tapi masih saja tak mempan diberitahu.

Bukan rahasia memang, bahwa manusia, semakin diperintah semakin membangkang. Tapi, rasanya aneh. Maksudnya, sudah berapa tahun jiwa kita mengendap di raga kita sendiri? Sederhananya, sudah berapa waktu yang ditempuh tubuh kita hingga akhirnya sampai pada hari ini? Lalu, sudah selama ini, masih belum tahu inginnya diri itu apa, bukankah keanehan yang tak masuk akal? Untuk apa jiwa itu tumbuh dan berkembang bertahun-tahun tapi masih tidak bisa juga dimengerti?

Kita lupa bertanya ingin kita apa. Kita lupa berdiskusi pada kita hendak menjadi siapa. Kita lupa menyampaikan tentang kita yang sebenarnya, ketika memilih sesuatu, orientasinya adalah karena ingin hidup yang baik-baik saja nantinya.

Ingin menjadi kaya? Karena tak ingin finansial kehidupan kita tak baik. Ingin menjadi cantik? Karena tak ingin kepercayaan diri kita tak baik. Ingin menjadi pintar? Karena tak ingin sulit memahami sesuatu dengan baik. Ingin menjadi baik? Karena tak ingin, di dunia maupun akhirat nanti, menghadapi konflik.

Inti dari pilihan kita adalah, kita memilih sesuatu karena ingin kehidupan kita baik—tenang, aman dan damai.

Maka, coba kita tanya pada diri, apakah obsesi kita pada sesuatu yang kita perjuangkan saat ini adalah baik bagi kehidupan kita, kini dan tentunya juga, nanti? Coba, selagi ingat, kita lontarkan semua kata-kata di atas kepada hati dan logika yang sudah mengendap di dalam diri kita bertahun-tahun silam lamanya ini.

Panggil Aku IntroverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang