"Karena kita tidak akan pernah tahu hidup siapa yang akan berubah hanya karena satu kalimat yang kita tulis." -Devamoyas
Sejauh ini, saya percaya penuh bahwa kekuatan sebuah tulisan itu ada. Pasti. Dan saya rasa, setiap orang tentu sudah pernah merasakannya.
Paling kecil cakupannya, ketika bersekolah dulu. Membaca sebuah tulisan di dalam buku, dan akhirnya ingat sampai sekarang, itulah kekuatan dari sebuah tulisan tersebut.
Meskipun, memang harus ada kebijakan dari pembaca itu sendiri; mau menyerapnya atau tidak.
Setiap orang ketika menyampaikan sesuatu hal tentu ada maksud yang hendak dituju. Meskipun, dengan metode yang berbeda. Misalnya, secara lisan, maupun tulisan.
Terkadang seseorang lebih memilih menyampaikan sesuatu melalui kata dalam diam, karena takut alih-alih lisannya tidak terjaga. Takut menyayat hati, intinya.
Betapa banyak orang yang sakit hati karena sebuah perkataan, dan hal ini sudah menjadi alasan utama mengapa menyampaikan sesuatu melalui tulisan lebih dipilih.
Mungkin terlihat sepele, tapi menulis itu bukan hal yang mudah. Menyampaikan apa yang di kepala dan menyebarkan ke orang lain tanpa ekspresi, ritme dan intonasi yang dapat dirasakan oleh sasaran yang hendak dituju, jauh lebih sulit untuk dipahami.
Tapi apalah daya, kesulitan itu hanya sandungan kecil yang tak berarti apa-apa dibanding penulis masa lalu.
Pak Pramoedya Ananta Toer dulu menulis sebuah karya di penjara, dan saat ingin tulisannya itu dipublikasikan, tahukah?
Dibakar.
Saya tidak akan pernah bisa membayangkan jika hal itu terjadi pada diri saya.
Saya bukan seorang penulis, tapi hakikatnya, setiap orang bisa menulis, dan saya memilih untuk menulis, meskipun sampai sejauh ini saya tidak dapat dikatakan sebagai seorang penulis.
Jadi, jangan panggil saya dengan sebutan itu. Tidak pantas rasanya.
Menulis adalah sebuah kepedulian dalam diam, dan saya rasa, ia adalah serendah-rendahnya kepedulian.
Do'a menurut saya jauh lebih besar kepeduliannya karena ia langsung tembus ke langit, kepada Rabb.
Dari sini, saya sadar dan paham penuh akan hal itu, bahwa yang saya kerjakan hanyalah serendah-rendahnya bentuk rasa peduli.
Namun sampai sejauh saya hidup, dari sekian banyak yang saya lakukan, hanya ini yang bisa saya teruskan selagi mampu.
Mengingat beberapa hal lain yang saya lakukan terdapat masalah kecil yang menurut saya, menyulitkan gerakan saya untuk melangkah lebih jauh lagi.
Jadi maaf, jika tidak bisa memberi kepedulian lebih dari ini.
📝 @darisdamaay
***
See you next time!
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggil Aku Introver
RandomCatatan panjang. Ketika berjalan, duduk di angkutan umum, membeli sesuatu di berbagai tempat, di mana pun itu, pernahkah terpikir tentang beberapa hal lalu berakhir pada membahasnya sendirian? Jika pernah, maka karena itulah work ini ada. Daripada h...