23. Hisab harta

5K 270 1
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Assalamualaikum semuanya

Pa kabar? masih setia baca sampai part ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat
.
.
.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Assalamualaikum semuanya

Pa kabar? masih setia baca sampai part ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat
.
.
.

"Laper banget"

Gadis dengan kaos oblong putih kebesaran milik sang suami itu menuruni anak tangga, matanya mengedar ke seluruh sudut rumah. Hembusan napas kasar terdengar keluar dari mulutnya. "Tuh orang belum pulang-pulang masa," gerutunya pelan.

Zira berjalan lemas layaknya orang tipes ke arah dapur. Perempuan itu menyalakan layar ponselnya untuk melihat jam, ternyata sudah hampir jam 4 sore. Pantas saja dirinya lapar berat, karena terakhir ia makan jam sembilan pagi.

Gadis itu membuka kulkas, di sana memang terdapat banyak bahan makanan, tetapi ia tidak bisa memasak. "Eksperimen nih?" Gadis itu menghela napas gusar. "Atau pesen aja kali ya, uang sisa dua rebu dapet apa yang enak, ngenyangin, dan bergizi?"

Zira menarik kursi untuk ia duduki, memikirkan bagaimana cara ia menyelesaikan masalah yang sangat menyakitkan ini. Dirinya masih ragu untuk memasak, seumur-umur ia belum pernah memasak makanan orang normal. Paling mentok ia hanya bisa memasak bubur untuk orang sakit, itupun rasanya entah bagai mana. Hanya Aksa dan Alzan yang pernah mencoba bubur buatannya.

Zira menelungkupkan wajahnya di atas meja makan. Hatinya terus berdoa agar Tuhan menurunkan makanan dari atas langit. Sampai akhirnya sebuah elusan tangan ia rasakan di atas kepala. Gadis itu mendongak dan mendapati Alzan yang tengah tersenyum ke arahnya.

Dengan wajah cemberut, Zira berdiri dan langsung menubruk tubuh suaminya. Alzan yang tidak siap sedikit terhuyung ke belakang. Laki-laki itu terkekeh, mengelus sayang kepala perempuannya. "Kenapa, hm?"

"Gue laper tau gak?!" jawab Zira ngegas. Perempuan itu melepas pelukannya dengan kasar.

"Astaghfirullah, kamu belum makan?"

Zira tidak menjawab, ia hanya menampilkan wajah seakan mengatakan 'Lo masi nanya'

Alzan meringis tidak enak. "Maaf, tadi pagi saya masak sedikit hanya untuk sarapan."

Badboy or My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang