EPILOG

7K 248 20
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Assalamualaikum semuanya

Pa kabar? masih setia baca sampai part ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat
.
.
.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

🌻

Seorang perempuan menuruni anak tangga dengan langkah pelan. Tatapannya tidak teralihkan dari layar laptop yang saat ini tengah memperlihatkan drama kesukaannya. Perempuan dengan celana panjang serta Hoodie putih yang nampak kebesaran itu sesekali menggigit kukunya sendiri karena gemas dengan keuwuan yang terjadi dalam drama.

Zira meletakkan laptop setelah mem-pause film yang ia tonton, lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil beberapa cemilan sebagai pelengkap kegiatannya malam ini.

Zira kembali ke ruang depan dengan berbagai makanan yang berada di tangannya. Mata perempuan itu melirik ke arah jarum jam yang terus bergerak menambah waktu malam.

"Ada urusan kali ya?" tanyanya pada diri sendiri. Karena Alzan yang belum juga pulang.

Zira kembali menatap laptopnya dan beberapa cemilan yang sudah tergeletak di atas meja. Terdiam sejenak guna berpikir. Perempuan itu tersenyum kemudian memakai kerudung instan yang tersampir di punggung sofa.

Zira berlari kecil menuju pintu utama, lalu membukanya lebar-lebar. Ia berkacak pinggang seraya tersenyum, puas dengan idenya kali ini.

Setelah ini tidak akan ada yang menggangu acara menontonnya, jika suaminya pulang, laki-laki itu bisa langsung masuk tanpa dirinya membuka pintu.

"Cerah banget malam ini,"

Zira semakin melangkahkan kaki keluar, ia menatap langit yang dipenuhi oleh taburan bintang. Perempuan itu menghirup udara malam yang terasa segar, mengingat sesuatu membuat Zira segera membalikan badan. Namun, tatapannya gagal fokus pada sebuah kotak yang tergeletak di samping pintu.

Zira mendekat, meraih kotak itu dan membolak-balikannya. Dia seakan mencari sesuatu disana. Sampai tulisan di pojok kiri ia temukan. 'Untuk kesayangan Aksa' itulah yang tertera.

"Isinya apaan ya?" gumamnya. "Buka nanti aja deh sama mas Alzan," sambungnya lagi. Dia bukannya tidak berani atau takut membukanya sendiri. Tetapi hatinya berujar demikian.

Zira tidak membenci Aksa, ia hanya kecewa berat terhadap laki-laki itu. Zira sadar, ia juga telah menorehkan luka pada Aksa.

Peremuan itu kembali berlari masuk dan langsung duduk lesehan. Mencari posisi ternyaman, ia memutar kembali film yang sempat di jeda tadi. Tangan mungil perempuan itu tidak henti-hentinya mencomot makanan ringan yang berada di sebelah laptop.

Badboy or My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang