24. Keinginan berubah

4.8K 269 1
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Assalamualaikum semuanya

Pa kabar? masih setia baca sampai part ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat
.
.
.

Satu bulan resmi menjadi istri dari seorang Muhammad Alzan Naufal Azhar membuat Zira mengalami rutinitas yang jauh berbeda dari sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Satu bulan resmi menjadi istri dari seorang Muhammad Alzan Naufal Azhar membuat Zira mengalami rutinitas yang jauh berbeda dari sebelumnya. Sholat yang dulu sering ia tinggalkan, kini merasa gelisah ketika meninggalkan. Tidur malam, bangun siang. Kebiasaan buruk itu sudah tidak melekat di diri gadis SMA yang satu ini.

Itu semua karena niat baik Zira. Zira mau berubah meskipun tidak secara instan, Zira mau belajar meskipun yang dapat ia tangkap hanya sebesar biji kelengkeng. Dan satu lagi, Zira juga belajar tentang ikhlas, salah satunya ikhlas untuk menerima Alzan sepenuhnya.

Menerima seseorang yang tidak di kenal sebelumnya memang bukan hal yang mudah, tetapi Zira akui jika berada di sisi laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya itu terasa nyaman dan sangat terjaga. Tutur kata serta kesabarannya menghadapi remaja seperti dirinya membuat Zira mulai menerima lelaki dengan profesi dosen itu di kehidupannya. Alzan seolah mempunyai magnet kuat yang mampu menarik Nazira kedalam kegiatan positifnya.

"Dimana lo temuin dasi gue, Dhan?"

"Disamping kulkas," sahut orang yang di ajak bicara.

Zira tersenyum terakhir kalinya di depan cermin. Perempuan itu beralih menatap lelaki yang kini tengah menggulung lengan kemejanya. Jika dilihat-lihat seperti ini Alzan ganteng juga. Eh tidak, ganteng banget!

"Lain kali kalo barang habis dipakai itu ditaruhnya di tempat semula. Sepatu ya di rak sepatu jangan dikolong meja belajar, dasi di gantungin lagi, seragam juga. Kalo tidak digantung nanti kusut, tas jangan di taruh di dap—"

"Aishh ketat bener kek protokol kesehatan!" Zira menyela. "Ayo ahh berangkat, nanti upacara telat gimana. Lo mau gantiin gue lari keliling lapangan." ajak Zira kemudian.

Alzan hanya mampu geleng-geleng kepala. Tangan lelaki itu mencekal lengan sang istri saat dia melewatinya. "Pasang dasi itu di kerah baju, bukan di leher." Alzan dengan telaten memasangkan dasi milik Zira.

Selama Alzan memasangkan dasinya, Zira menahan napas. Baru saja setengah perjalanan Zira menghirup napas rakus, tapi kini perlakuan Alzan kembali membuat perempuan itu menahan napasnya dengan kedua bibir yang terlipat kedalam.

"Sepatunya di pasang dulu, baru berangkat."

Setelah selesai memasangkan sepatu Zira, Alzan kembali berdiri. Lelaki itu mengecup singkat kening sang istri lalu menggenggam telapak tangan Zira dan membawanya keluar dari kamar.

Badboy or My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang