54. Ikhlas itu lebih baik (END)

7.5K 279 23
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Assalamualaikum semuanya

Pa kabar? masih setia baca sampai part ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat
.
.
.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
🌻🌻

Part 54|Ikhlas itu lebih baik|

"Tidak lucu," ujar Alzan datar seraya kembali menutup pintu dan berjalan mendekati istrinya.

Habis sudah pertahanan Zira, tawa renyahnya kian mengudara bebas. Wajah pucat pasi Alzan membuatnya tidak tahan untuk menahan tawa lebih lama. Zira meraih tangan Alzan dan mengecupnya di bagian telapak tangan dan juga punggung tangan dengan tawa yang masih terdengar begitu nyaring.

Alzan diam, menatap malas ke arah Zira. "Kamu membuat jantung saya hampir copot dari tempatnya,"

Lagi dan lagi ucapan Alzan membuat tawa Zira kembali lepas. Perempuan itu berusaha duduk dengan bantuan Alzan. Kepalanya masih terasa sedikit nyeri dan pegal.

"Maaf," ungkap Zira akhirnya, upaya untuk membuat Alzan terkena permainannya gagal karena laki-laki itu dengan sigap ingin memanggil dokter untuk memeriksa keadaannya. Bisa malu jika dokter mengetahui dirinya hanya berpura-pura hilang ingatan.

Alzan mengulas senyum tipis, tangganya beralih menepuk pelan kepala Zira. "Kamu tidak apa-apa? Kamu mengingat saya, suamimu?"

Zira menganggukkan kepalanya, membalas senyuman itu. "Inget, kamu adalah seorang laki-laki yang Allah percayai untuk membimbing Zira, seorang dosen dan Gus muda dengan segala tingkahnya yang membuat hati Zira jatuh kepadanya. Muhammad Alzan Naufal Azhar, suami Zira untuk hari ini, besok, lusa dan seterusnya."

"Dan insyaallah sampai surga-Nya Allah," ucap Alzan melengkapi kalimat Zira.

"Aamiin...."

Zira mencubit pelan lengan Alzan membuat laki-laki itu sedikit meringis sekaligus terkejut. "kenapa kamu mencubit saya?"

"Zira gak mau bicara sama mas, kalo mas masih manggil diri sendiri dengan sebutan saya!" Ucap Zira memalingkan wajahnya. Sudah berapa kali ia memperingati suaminya ini, tetapi Alzan masih tetap mengulanginya.

Kini giliran Alzan yang tertawa, ia menggenggam tangan Zira yang terbebas dari infus lalu mengecupnya. "Iya, nggak lagi."

Zira menatap Alzan tanpa menjawab ucapan suaminya barusan. Bibirnya masih dimajukan dengan wajah cemberutnya.

Badboy or My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang