بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Assalamualaikum semuanya
Pa kabar? masih setia baca sampai part ini?
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat
.
.
.
HAPPY READING
🌻🌻Angin sepoi-sepoi menyapu lembut permukaan wajah yang senantiasa nampak ayu. Udara pada malam ini terasa dingin, namun dia masih enggan beranjak dari kursi yang terletak di depan rumahnya. Mata indah dengan bulu mata lentik itu terfokus pada ayat-ayat yang tengah dihafalnya, tangan itu menyentuh huruf demi huruf untuk semakin mempertajam ingatan.
Matanya terpejam, mengulangi ayat tersebut dengan suara pelan. Sesekali bibirnya membuat kurva tipis saat dapat membaca ayat tersebut dengan benar dan lancar. Menghembuskan napasnya pelan, ia menaruh Al-Quran berukuran sedang itu ke atas meja kecil di sampingnya. Dirinya rasa, untuk malam ini sudah cukup.
"UMMA!!"
Teriakkan yang terdengar ramai itu mengambil alih atensinya. Lengkungan indah nan manis seketika tercipta di bibirnya melihat kedatangan 3 orang sekaligus.
Zira menyambut pelukan kedua putranya yang masih berumur dua tahun dengan berjongkok, untuk memudahkan kedua anak kecil itu memeluknya. Namanya Rayyan dan Raffan, dengan nama belakang yang sama yaitu Al-Azhar.
Di balik pelukannya, mata Zira menatap ke arah laki-laki dewasa yang baru saja menyusul. Laki-laki dengan jubah putih itu tersenyum, membuat Zira ikut menarik kedua sudut bibirnya.
"Hey, sudah. Nanti abba tidak kebagian pelukannya."
Raffan menoleh tanpa melepas pelukannya, ia menatap sinis ke arah abba-nya yang super cemburuan itu. "Abba pelukan aja ama tembok," anak itu menahan lidah seraya melepas pelukannya terhadap sang umma. "Tuh, tembokna nda ada yang meluk. Abba,"
Sepasang pasutri itu hampir terbahak mendengar penuturan putra keduanya. Bunga mawar yang terdapat di tangan Rayyan merebut objek pandang Zira. "Dapet dari mana bunganya, bang?"
Rayyan tersenyum lebar, semakin mendekatkan bunga itu ke arah umma-nya. "Ini dari bang Ray, Raffan sama abba, umma!"
Zira melirik Alzan sekilas sebelum meraih uluran bunga dari Rayyan. Perempuan itu mengecup sayang kening kedua anaknya.
"Abba juga ngasih, kok nggak di cium?" celetuk laki-laki yang masih berdiri dengan sajadah yang tersampir di pundaknya itu.
Tidak mau membuat suaminya iri, Zira segera bangkit dan berjalan pelan menghampiri laki-laki itu. Tangannya ia taruh di kedua pundak Alzan, sebagai tumpuan. Kaki mungilnya sedikit berjinjik supaya bisa mengecup kening laki-laki tersebut.
Alzan menahan kedutan di bibirnya. Hei! apakah istrinya sudah berani menciumnya di depan kedua putranya itu?
"Kok sama?"
Zira menautkan keningnya. "Kan mas Alzan yang minta,"
"Harusnya ada perbedaan. Kalo mereka di kening, setidaknya mas di bibir. Masa gitu saja tidak paham?" beritahu Alzan dibuat sedikit merajuk.
Zira menatap datar, ia melepas rangkulan tangan Alzan di pingangnya. "Anak-anak umma mau makan atau langsung tidur?"
"MAIN!"
"Balu ba'da isya umma, kita mau main sebental ya?" lanjut Raffan kemudian merangkul pundak abangnya.
Zira mengangguk, membiarkan kedua anak itu berlari memasuki rumah terlebih dahulu. Perempuan itu mengambil Al-Qur'annya di atas meja lalu menolehkan kepalanya ke belakang, memperhatikan suaminya yang hanya diam. "Mas mau jadi security di situ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy or My Gus
Teen Fiction|•KONFLIK TIDAK SERUMIT CINTAMU PADANYA•| |•FOLLOW SEBELUM MEMBACA!•| Ini cerita tentang perjodohan yang di yang dialami oleh seorang ratu di geng motor bernama ALVAROS yang merupakan geng motor yang dikenal dengan keberingasan dan kekejamannya. Kal...