42. Ungkapan Sayang

4.3K 274 21
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Assalamualaikum semuanya

Pa kabar?  masih setia baca sampai part ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat
.
.
.

.
.
.
🌻🌻

Zira mencoba melepas cekalan Alzan pada bajunya. Namun, nampaknya laki-laki itu masih enggan membiarkan dirinya bergerak dengan bebas. Bahkan sedari tadi laki-laki itu belum juga mandi, dia kini malah membuntuti Zira kemanapun perempuan itu pergi. Bahkan tadi, saat Zira mandi pun laki-laki itu setia berdiri layaknya tukang kasir toilet umum.

Zira yang mulai lelah dengan sikap Alzan pun berusaha tersenyum. Ia berbalik badan dengan gerakan slow motion dan melemparkannya senyum palsu itu. "Mandi, Gus!"

Alzan menggeleng kecil, pertanda tidak mau. Bukan tanpa alasan, ia hanya tidak ingin istrinya diam-diam pergi dari rumah lagi. Sedangkan Zira menghela napas gusar melihat suaminya yang menjadi bandel. Perlahan, Zira melepas jari jemari Alzan yang mencengkeram erat ujung baju yang ia kenakan sampai baju berwarna putih itu terlihat lecek.

Setelah berhasil melepas, tanpa mengatakan apapun Zira segera berjalan meninggalkan Alzan yang hanya berdiam diri di tempat. Namun baru beberapa langkah, Zira menghentikan langkahnya dan kembali menengok ke arah dimana suaminya berdiri.

"Gue keterlaluan, ya?"

Zira membatin. Tiba-tiba hatinya merasa bersalah, disana terlihat suaminya yang menundukkan kepala menatap kakinya yang tidak terbalut apapun. Zira menjadi merasa bersalah karena terlalu berlebihan, ia belum mengetahui kejadian yang sebenarnya dan tidak seharusnya ia bersikap demikian.

Tiba-tiba Alzan mengangkat kepalanya dengan mata yang terlihat sayu. Tatapan mereka terkunci beberapa saat sebelum akhirnya Zira berlari kemudian memeluk laki-laki itu dengan perasaan amat bersalah.

"Kenapa gak mau mandi?" tanya Zira lembut, tangannya terulur untuk menyibak rambut Alzan kebelakang.

"Jangan pergi," lirih Alzan menatap manik mata Zira dalam.

Zira menghembuskan napasnya berat, lalu menggandeng tangan laki-laki itu yang terasa sedikit hangat. Mereka berjalan beriringan menaiki gundukan tangga dengan Alzan yang masih terdiam.

"Mandi ya, Zira gak kemana-mana." Zira mendorong tubuh atletis itu untuk memasuki kamar mandi.

Alzan memperberat badannya, ia menggeleng keras dengan tatapan memelas. Zira jengah, ia akhirnya berdiri di depan Alzan dan menarik tangan laki-laki itu untuk masuk ke kamar mandi bersamanya.

"M-mandi ba--"

"Gak! Kamu mandi, biar Zira ambilin baju buat Gus." Potong Zira cepat, ia tahu betul kalimat apa yang akan terlontar dari mulut suaminya.

"Gak mau, saya gak mau mandi!" tekan Alzan, ia menggoyangkan tangan Zira.

Zira melepas genggaman Alzan. "Nanti sakit Gus! Kalo kamu gak mau mandi, Zira pergi lagi dan Gus gak boleh cariin Zira!" Membuang pandangan ke arah lain, Zira melipat kedua tangannya di depan dada.

Alzan menggeleng keras, sepertinya ia harus menuruti perintah istrinya ini. "Oke saya mandi," putus Alzan.

Zira kembali menoleh dan tersenyum lebar, ia sedikit berjinjit untuk menepuk pucuk kepala suaminya. "Pinter!" Zira membalikkan badannya lalu segera keluar dari kamar mandi.

Badboy or My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang