16. Sepiring berdua

6.3K 300 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Assalamualaikum semuanya

Pa kabar?  masih setia baca sampai part ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat
.
.
.

Alzan mengerutkan dahinya bingung ketika melihat Zira yang mengambil bantal dan juga selimut dari atas ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alzan mengerutkan dahinya bingung ketika melihat Zira yang mengambil bantal dan juga selimut dari atas ranjang. Gadis itu masih mengenakan piyama berwarna ungu muda, sedangkan dirinya sudah berpakaian lengkap ingin menuju kampus.

"Ngapain?"

Mau tak mau Zira menghentikan langkahnya, menatap malas ke arah laki-laki yang baru saja mengeluarkan suara. "Berkebun! Ya tidur lah di kamar sebelah, kalo disini lo ganggu mulu," jawabannya ingin kembali melanjutkan langkah. Namun kembali tertunda kala Alzan dengan cepat berdiri di hadapannya.

"Dari pada kamu tidur, lebih baik kamu lihat jam."

Zira menurut, matanya mengarah pada jam dinding berwarna putih yang bergelantungan di atas tempat tidur. "Baru setengah tujuh, ada 30 menit buat gue tidur," ucapnya kelewat santai.

Mata Alzan mengerjap, sebenarnya tidak tega melihat istrinya yang terlihat sangat mengantuk. Ia mengambil alih selimut dan juga bantal yang gadis itu bawa. Dalam hati ia bertanya, untuk apa istrinya membawa ini semua padahal di kamar sebelah juga sudah tersedia. "Kamu mandi, saya siapin sarapan. Jangan sampai kamu dihukum gara-gara telat,"

Zira menatap jengkel ke arah Alzan. "Lo ngeselin!"

Alzan mengangkat bahunya acuh, lalu kembali menaruh bantal itu di atas ranjang. Mulutnya mengeluarkan kekehan kecil melihat sang istri yang masih berdiri di ambang pintu dengan wajah murung. "Mau saya mandiin?"

Zira menggertakkan gigi, jari tengahnya terangkat sekilas sebelum masuk ke kamar mandi. Sedangkan Alzan hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang istri. "Gemes," gumamnya. "kalo dijual laku di mana ya?"

Alzan meninggalkan kamar untuk membuat sarapan. Berhubung dirinya belum menyetok bahan makanan, laki-laki dewasa itu berpikir untuk membuat nasi goreng saja.

Tidak membutuhkan waktu lama. Bahkan tepat saat nasi gorengnya sudah tersaji, telinganya samar-samar mendengar derap langkah kaki seseorang dari arah tangga.

"Seragam kamu?" tanya Alzan seraya menarik kursi, mempersilahkan istrinya untuk duduk.

Zira menoleh sekilas, tangannya bergerak untuk menggeser sepiring nasi goreng yang terletak sedikit jauh darinya. "Iya kenapa?"

Badboy or My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang