27. Salah paham

4.9K 250 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Assalamualaikum semuanya

Pa kabar?  masih setia baca sampai part ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat

.

.

.

"Dan hari ini, tanpa sadar saya kembali membuatmu menangis."

~Alzan Naufal~

🌻🌻

Alzan mendongak, menatap langit yang cerah malam hari ini. Bintang bintang yang berkedip itu menjadi temannya malam ini, suara bising khas Jakarta sebagai alunan musik yang terdengar sangat buruk di telinganya. Sekarang ia berada di salah satu bangku taman yang berhadapan langsung dengan jalan raya. Matanya beralih menyapu sekitar, menggelengkan kepalanya pelan melihat banyaknya pemuda pemudi yang tengah berdua-duaan dimalam yang ramai ini.

"Gus?"

Suara seseorang membuat Alzan tersadar dari pikirannya sendiri, ia menolehkan kepalanya kesamping. Terlihat perempuan dengan pakaian syar'i dengan tas selempang yang berada di bahunya. "Ustadzah? Ngapain disini malam-malam?" Alzan bangkit dari duduknya.

Zahra menghela nafas, kemudian duduk di kursi besi berwana putih yang diduduki Alzan tadi. "Ada kelas malam, eh taunya nyasar kesini," ucapnya diakhiri kekehan ringan.

Alzan mengalihkan pandangannya saat merasa ia berlebihan menatap ustadzah Zahra yang tertawa kecil tadi. Ia ikut duduk di samping Zahra dengan jarak yang lumayan jauh. "Gus sendiri? Ngapain disini? Sama istrinya?" Zahra tampak celingukan mencari keberadaan istri anak kyai-nya ini.

Alzan menggeleng. "Saya sendiri, cuma mau cari angin malam saja" alibinya. "Ya Allah maafkan hamba," lanjutnya dalam hati karena merasa berdosa sudah membohongi hamba Allah yang lain. Tapi ia tidak mungkin cerita kan?

Zahra mengangguk percaya. Ia mengeluarkan sebungkus roti dari tasnya, kemudian membukanya. "Gus mau?" tawar Zahra menyodorkan roti yang sudah ia buka.

Alzan menoleh, tepatnya menoleh pada roti yang disodorkan Zahra. Ia sebenarnya lapar, sedari siang ia belum memakan apapun karena terlalu khawatir dengan Zira. Tanpa pikir panjang tangan Alzan terulur untuk mengambil alih roti itu. "Syukron"

Zahra mengangguk, kemudian kembali mengambil roti untuk dirinya sendiri. "Tidak ada jadwal ke pesantren, Gus?" tanyanya setelah menelan satu suap roti.

"Sabtu depan, saya ke sana," jawabnya.

"Sabtu?" tanya Zahra memastikan yang mendapat anggukan dari Alzan. "Wah sama dong, saya juga tidak ada kelas hari Sabtu"

Alzan menoleh sebentar kemudian ber-oh.

Keheningan melanda keduanya, mereka fokus pada rotinya masing-masing. Sampai akhirnya Zahra memulai topik dengan bertanya tanya tentang hal yang belum ia ketahui sebagai seorang muslimah. Dan menceritakan hal-hal yang terjadi di pesantren, beberapa kali mereka tertawa mengingat santri bandel yang sering berulah di pesantren.

Badboy or My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang