40. Suara Hati Aksa

3.8K 232 19
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Assalamualaikum semuanya

Pa kabar?  masih setia baca sampai part ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat
.
.
.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
🌻🌻

Alzan mengusap wajahnya kasar, ia menatap nanar pintu lift yang sudah tertutup. Alzan berlari cepat kembali ke ruangannya untuk mengambil handphone dan kunci mobil, ia menitipkan pesan kepada salah satu rekannya bahwa dirinya izin, kemudian Alzan berlari kesetanan menuju lantai bawah menggunakan tangga.

Sesampainya di luar kampus, laki-laki itu mengedarkan pandangannya. "Liat perempuan pakai abaya hitam lewat sini?" tanya Alzan pada penjaga kampus.

Pria dengan kisaran umur 40-an itu terdiam, seperti mengingat-ingat. "Tadi naik motor gede sama seorang laki-laki. Pak," jawabnya jujur.

Alzan mendesah kecewa, ia berterima kasih lalu kembali berlari menuju mobilnya. Ia harap Zira pulang ke rumah.

Alzan memukul kasar setir mobil, ia memejamkan matanya sejenak. Pikirannya kacau, antara takut, sedih, kecewa. Ia sangat takut kehilangan Zira, istrinya telah salah paham. Alzan juga kecewa karena Zira kembali membawa Aksa masuk kedalam rumah tangga mereka. Yaah, Alzan berpikir laki-laki yang disebutkan oleh penjaga kampus tadi ialah Aksa.

Alzan memarkirkan asal mobilnya di pelataran rumah lalu segera berlari masuk. Sunyi, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di rumah dengan lantai dua ini. Alzan terus berpikir positif, ia segera berlari menaiki tangga menuju kamar mereka.

Ceklek

"Nazira?!" panggil Alzan dengan suara lirih. Ia menggelengkan kepalanya mengusir pikiran negatif yang tiba-tiba bersarang kala retina matanya tidak menemukan sosok Zira dikamar.

Alzan beralih membuka pintu kamar mandi, namun nihil. Tetap tidak ada istrinya disana. Alzan menyandarkan punggungnya pada tembok, perlahan tubuhnya merosot mengenai lantai. Alzan mengacak-acak rambutnya dengan lelehan hangat yang mulai keluar dari kedua sudut matanya.

"Maafkan, saya." Gumamnya terdengar parau.

★★★

Amel mengusap pundak sahabatnya yang tengah sesenggukan. Kemudian melirik laki-laki yang masih berdiri, ia menaikkan alisnya seolah bertanya melalui isyarat. Namun, laki-laki itu hanya mengangkat bahunya tidak tahu.

"Kayaknya, gue pulang dulu kali ya. Lo gak papa kan, Ra?" celetuk laki-laki itu seraya menggaruk pelipisnya. Mungkin saja gadis yang tengah menangis itu ingin bercerita kepada sahabatnya. Namun, merasa tidak nyaman dengan kehadiran dirinya.

Badboy or My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang