ISS: 26

5.1K 426 58
                                    

VOTE DAN KOMEN BESTOL.

AKU SIH GAK KAU TAHU TITIK. HARUS KOMEN N VOTE. KALAU PERLU SPAM😏

••••

Acara makan malam dimulai pukul 8 malam. Gwen menyiapkan diri sebaik mungkin atas kemauan Bundanya. Tentu Gwen menuruti karena berpenampilan rapih adalah hal mudah. Prinsip Gwen selagi ia bisa kenapa tidak dilakukan?

Lagi pula Bundanya tidak terlalu sering menuntut dirinya. Yang sering itu Ayah, namun Gwen yakin Ayahnya tahu mana yang baik untuk putrinya, seperti memilih sekolah terbaik, warna cat kamar, dan lainnya.

Terkecuali untuk calon tunangannya.

Gwen sama sekali tidak menyangka Ayahnya akan memilih Ethan sebagai teman hidupnya kelak. Tidak ada yang bisa Gwen banggakan kecuali paras tampan nan rupawannya.

Ia akui Ethan memang tampan bahkan sangat. Namun percuma jika sikapnya kasar. Lalu Gwen meruntuki dirinya sendiri, bisa-bisanya ia tertarik dengan makhluk macam itu.

Gwen menyelipkan poni ke belakang telinga. Membahas soal Ethan memang membuat darah tinggi.

Manik Gwen mendongak ketika mobil sampai di sebuah restoran mewah yang terletak di tengah kota. Lapu yang didominasi emas membuat aksesoris Gwen tampak lebih berkilau dan kelihatan mahal. Padahal harganya seratus ribuan.

"Gimana hubungan kamu sama Ethan?" bisik Bundanya sedikit menggoda.

"Baik." jawab Gwen singkat. Tentu membual.

"Syukurlah." Eliza menuntun Gwen memasuki lebih dalam restoran. "Kita jadi bisa percepat pertunangan kalian." gumamnya samar.

"Hah?" Gwen sama sekali tidak mendengar jelas kalimat dari.

"Gak pa-pa." Eliza tersenyum lembut. Tangannya mengusap kepala Gwen sayang. "Kamu cantik sekali. Mirip Bunda waktu muda."

Gwen menyengir. "Kan anak Bunda!"

Eliza tertawa kecil. "Dulu saking sayangnya Ayah sama kamu, Ayah sampe larang Bunda ngaku-ngaku kamu anak Bunda."

"Katanya gini 'Gwen ini anak aku, kamu buat lagi aja.' gitu." Eliza tertawa lagi. Tawa anggun khas dirinya.

Mendengar itu Gwen pun menjadi ikut tertawa.

Setelahnya Eliza mengajak Gwen mendekat ke salah satu meja di sana. Gwen menatap Ayahnya yang sedang berpelukan dengan Om Marsel, tampak seperti sudah memiliki hubungan keluarga.

Om Marsel bertanya dimana anak dan istrinya. Ayah refleks menunjuk dirinya dan Bunda. Bukan hanya Om Marsel yang menoleh, sosok lain yang duduk di ujung pun menoleh.

Manik Gwen seketika bertemu dengan manik tajam Ethan. Gwen tidak tersenyum, tidak pula menyapa. Hanya menampilkan raut datar namun berbeda jika bersama Om Marsel.

"Apa kabar, Gwen? Baik kan?" tanya Om Marsel.

Gwen mengangguk kecil. "Baik om. Oh iya Om. Gwen akhir-akhir ini suka ngelukis loh om."

"Wah serius? Lukis apa nih? Bisa gak lukis wajah om Marsel?" goda Marsel yang membuat Gwen menggaruk kepalanya. Eliza sigap merapihkan rambut putrinya. Sedangkan Andrew tersenyum.

I'm Sorry SweetieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang