WOII Update nih woyyy😭
Baca yok jangan di skip🥹Ini part uwu tapi agak nyebelin. Tapi ga papa baca dulu ajaaa.
Don't forget to vote and comment!
●●●●
Gwen siap dengan ransel pink berukuran kecil yang di belinya di London. Gadis itu keluar dari kamar dengan benda pipih terselip diantara bahu dan telinga. Sedangkan kedua tangannya sibuk memasukkan beberapa buku yang sempat diraihnya dari meja belajar.
"Engga usah, Meo. Gue di jemput kok."
"Iyaa gue di jemput. Yang jemput bentar lagi dateng. Lo tenang aja."
"Iya serius, Romeo. Siapapun itu pokoknya ada deh. Nanti gue kabarin kalau udah sampe. Lo gak perlu khawatir lagi."
"Ih, Meo. Perkara gini doang lo permasalahin. Gue bukan anak kecil Romeo, lagian harusnya lo jemput Kak Rara, bukan malah ngurusin gue."
"Gue paham lo khawatir apalagi kemarin gue abis pingsan. Tapi ya gue fine."
Romeo dengan kebiasaannya...
Dari dulu Romeo tidak pernah berubah jika soal Gwen. Sikap perhatian yang dia miliki malah semakin membesar seiring berjalannya waktu. Sikap perhatiannya itu yang terkadang membuat Gwen kurang nyaman karena Romeo mengekspresikan terlalu berlebihan. Tidak sewajarnya.
Tapi lagi-lagi Gwen hanya menganggap Romeo memang mengkhawatirkannya sebagai teman. Dia tidak berpikir sejauh itu.
Setelah panggilan telpon berakhir Gwen turun ke lantai bawah. Di ruang makan terdapat sepasang suami istri yaitu Eliza dan Andrew. Mereka sedang asik mengobrol dengan Eliza yang juga membantu Andrew menyiapkan nasi di piring.
"Pagi." Gwen tersenyum lebar. "Ayah udah baikan? Kepala Ayah masih belum boleh di buka ya perbannya?"
"Pagi," sapa kedua orang tua Gwen.
"Mungkin lusa baru di ganti, Sayang. Ayah nanti minta kamu temenin Ayah ganti perban ke dokter Hendri ya?"
"Boleh banget, Yah! Nanti Gwen temenin yaa."
"Iya." Andrew menyuruh Gwen mendekat. "Mau dibuat bekal atau makan di sini?"
"Bekal aja deh, boleh kan, Bun?" tanya Gwen memelas.
Eliza mengangguk sembari tersenyum. "Boleh dong. Asal dimakan. Awas aja kalau masih ada sisa!" ancamnya.
Gwen hanya terkekeh kecil. Sedangkan Eliza mulai menyiapkan bekal untuk Gwen bawa ke sekolah.
"Oh iya, Yah, Gwen mau berangkat bareng Ethan, ya." Semalam Ethan memang bilang agar Gwen tidak mengatakan tentang bahwa Ethan yang menjemputnya. Namun pagi ini Gwen mengabaikan ucapan Ethan. Lagi pula dia merasa benar karena meminta izin Andrew untuk berangkat bersama Ethan.
Sayangnya Andrew bereaksi tak terduga. Raut wajahnya berubah dingin begitupun dengan Eliza yang menoleh cepat setelah selesai dengan kotak bekal.
Gwen yang melihat itu mengeryit bingung. "Kenapa... reaksi Ayah gitu?"
Mendengar pertanyaan itu Andrew menormalkan mimik wajahnya. Dia lalu berusaha tersenyum. "Gak papa, ya udah kamu cepat berangkat nanti telat."
Bersamaan dengan itu Eliza mendekat. Dia memasukkan kotak bekal ke dalam ransel Gwen tanpa berkata-kata. Gwen berseru senang dan berucap terimakasih. Setelahnya Gwen beranjak pergi keluar dari rumah. Sedangkan di ruang makan sepasang suami istri itu masih mematung dengan ekspresi berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry Sweetie
Teen Fiction"Udah gue duga. Lo pasti suka gue." Ethan menyeringai. "Tapi gue gak suka lo, Gwen. Jadi jangan berharap lebih." "Suka gak suka kita bakal tetep bersatu, Than." ujar Gwen sendu. "Dan gue gak akan nolak perjodohan ini meskipun lo bersikap brengsek bi...