ISS: 29

4.6K 349 35
                                    

SIAP BAHAGIA?!

Kalau seneng mari komen: 😻💘 setelah baca cerita ini. Karena ada yang spesial di chap ini. Chapter yang kalian tunggu-tunggu sejak lama.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN. 200 Vote + 100 KOMEN auto lanjut hari itu juga💘

•••••

Sekesal apapun Gwen terhadap Andrew sebab perjodohannya dengan Ethan Gwen lebih kesal pada dirinya sendiri yang tak bisa menjadi anak baik untuk Ayahnya. Terbukti dengan Ethan yang tak kunjung menyukainya balik padahal jelas Andrew menginginkannya bersatu dengan seorang Ethan Dewangga. Tapi Gwen tidak bisa mengabulkannya. Mungkin itu salah satu kebahagiaan Ayah, melihat putri semata wayangnya bahagia dengan orang pilihannya.

Namun Andrew belum tahu bahwa orang yang ia pilih ternyata jauh dari ekspetasinya selama ini. Bahkan sampai Andrew kecelakaan dan terbaring lemah di UGD pria itu belum mengetahui apapun.

"Bunda jangan khawatir..." lirih Gwen serak. "Ayah gak pa-pa kok. Bunda tahu sendiri kan kalau Ayah kuat?"

Eliza mengangguk pelan. "Iya sayang. Bunda percaya..."

Kini mereka tengah menunggu hasil pemeriksaan dokter diluar pintu UGD. Eliza memang tak terisak, namun air matanya tetap mengalir membuat Gwen yang melihatnya ikut sakit.

Untuk saat ini tidak ada yang Gwen pikirkan selain keadaan Ayah di dalam sana. Ia bahkan tak peduli ketika dua pria berbeda umur menghampiri mereka.

Gwen melengoskan wajah ketika Ethan memeluknya erat.

"Gue khawatir sama lo. Lo gak pa-pa kan? Om Andrew pasi baik-baik aja kok," kata Ethan seraya mengusap kepala Gwen lembut.

"Gwen, dengerin gue, om Andrew bakal baik-baik aja." katanya mungkin Ethan pikir Gwen diam saja karena terlalu sedih dengan kejadian ini.

"Hei, lo denger gue?" Ethan menarik tubuhnya. Menatap Gwen dengan tatapan berbeda. "Abis nangis?"

"Gue capek. Bisa minggir?" tanya Gwen dingin.

Ethan menurut. Cowok itu bergeser ke samping Gwen meskipun dalam benaknya penuh pertanyaan mengapa Gwen seperti ini.

"Gwen yang sabar ya, Ayah kamu pasti baik-baik saja," ucap Marsel.

Gwen mengangguk dan tersenyum.

"Gwen!" seru Romeo bersama Rara di sampingnya. Bibir Gwen bergetar begitu Romeo sampai lalu memeluknya lembut.

Tangis Gwen pecah detik itu juga. Romeo sigap memberi kata-kata menenangkan sama seperti yang Ethan lakukan sebelum ini. "M-Meo... Ayah..."

"Iya gue tahu, tapi lo harus tenang. Jangan panik. Ayah lo pasti baik-baik aja kok."

"G-gue liat banyak darah tadi... Mata Ayah ketutup, gue takut matanya gak bisa terbuka lagi buat liat gue dan Bunda...." racaunya sangat sedih.

"Gue gak mau Ayah kenapa-kenapa. Ayah gak boleh sakit dan terluka, Meo..."

"Stop. Ayah lo pernah bilang ke gue dan lo kan, kalau suatu hari terjadi sesuatu sama beliau, lo gak boleh sampai ngeluarin air mata gini? Sedih dan khawatir boleh, tapi jangan sampai nangis gini. Gak baik sama kesehatan lo."

Perlahan kepala Ethan menunduk memperhatikan lantai rumah sakit. Ethan membasahi bibir bawahnya, kemudian berjalan menjauh karena otaknya kembali mengingat kejadian siang tadi.

Ia hampir memperkosa Gwen di UKS. Wajar jika kini Gwen sangat dingin padanya. Untuk perlakuan tak pantas itu Ethan sadar sepenuhnya. Ia emosi pada Gwen karena sembarangan dicium oleh musuh Ethan sendiri.

I'm Sorry SweetieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang