Saat semuanya masih dalam keterkejutannya, Sreya berlalu pergi keluar dari dapur.
Sreya lari naik keatas tangga kemudian masuk kedalam kamarnya, wanita itu mengatur nafasnya setelah mendudukkan dirinya disofa kamar.
Sreya memukul mulutnya beberapa kali meruntuki kebodohannya, "Ais dasar mulut sialan! kenapa bicaramu mudah sekali?! apa kau tidak ingat tinggal sebelas hari lagi Dave gila itu akan menceraikan mu?! kenapa bicaramu seperti akan menjadi nyonya rumah ini selamanya saja?!" ucapnya kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangan, membayangkan bagaimana si Jelly sialan itu akan tersenyum lebar saat ia keluar dari rumah ini sambil menyeret koper membuatnya malu setengah mati.
"Dasar bodoh kau Sreya!" gumam Reya sambil mengusap wajahnya kasar.
Sreya berdiri dari duduknya kemudian berjalan lesu kearah kamar mandi, ia benar-benar mengumpati mulutnya yang lepas kendali saat berbicara tanpa berpikir.
****
Aroma musk tercium disebuah ruangan ber-AC dengan interior khas eropa. Didalam ruangan yang menampakkan langsung pemandangan padat ibu kota berbatas kaca transparan, seorang pria berjas hitam duduk di kursi kebesarannya sambil membaca berkas ditangannya. Kaki kiri ia silangkan diatas kaki kanan, secangkir kopi mug tersedia diatas mejanya dengan asap mengepul.
Suara ketukan pintu mengalihkan atensinya, pria itu mendengus dingin sambil menutup berkasnya dengan kasar lalu melepas kacamata minus yang bertengger dihidungnya.
Satu hal yang paling tidak disukai pria itu adalah terganggunya waktu ia berkerja.
Suara pintu terbuka menampakkan sosok pria tinggi berkulit putih berkacamata sedang menundukkan setengah badannya.
"Maaf menganggu waktu anda tuan, ada hal yang harus saya sampaikan"
Pria yang sedang memijit pelipisnya itu mengangguk singkat kemudian berdiri dari duduknya berjalan kearah sofa.
"Katakan" ujarnya tanpa basa-basi.
Biru melangkah masuk kedalam ruangan setelah menutup pintunya. Pria itu berdiri didepan sosok pria dengan aura kepemimpinan yang kuat sedang duduk disofa sambil menyilangkan kakinya.
"Tuan muda Delvin ada dikantor polisi pusat tuan, Liam sendiri yang memberi tahu saya jika tuan muda menelfonnya berulang kali untuk minta dibebaskan. Saya kemari meminta persetujuan anda untuk membebaskan tuan muda" jelas Biru, asisten yang merangkap sebagai sekretaris pria yang bernama Dave Matthew.
Dave Matthew, pria yang sedang duduk disofa berbahan beludru itu menampilkan kerutan di dahinya, menghembuskan nafasnya dengan kasar sambil mengepalkan tangannya.
Dave menegakkan badannya yang semula menyender disofa. "Kantor polisi?" tanyannya dengan nada tertahan membuat atmosfer di sekeliling Biru menjadi lebih dingin dari suhu AC biasanya.
"Benar tuan, tuan muda tertangkap saat mengikuti balap liar di sirkuit ilegal bersama teman-temannya" jawab Biru.
Dave mendesah kesal, "Anak itu berulah lagi"
"Menurut mu harus ku apakan anak itu Bi?" tanya Dave, jari-jarinya mengetuk pinggiran sofa sambil berpikir.
"Menyita semua fasilitas tuan Delvin untuk waktu yang lama sepertinya cukup untuk membuat tuan muda tidak melakukan hal yang macam-macam, tuan"
"Tidak-tidak, dia tidak akan jera dengan itu. Teman-temannya bukan orang yang kekurangan uang" jawab Dave membuat Biru berpikir lagi.
"Biarkan saja" ucap Dave tiba-tiba setelah lama diam membuat Biru terkejut.
"Maaf tuan?" tanya Biru tidak yakin dengan apa yang otaknya tangkap. Tuannya mau membiarkan adiknya sendiri mendekam di penjara? pikirnya setengah tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Baby
RomanceMengandung anak seorang CEO? Pria keras kepala yang perintahnya menjadi titah bagi setiap orang. *** Perjodohan antara aku dan CEO itu akan berakhir beberapa hari lagi. Lima bulan lebih aku bertahan, akhirnya akan terbebas. Aku bersuami tapi merasa...