Trauma

39K 2.6K 292
                                    

Reya masuk kekediaman Matthew, hari ini suasana sedikit ramai karena ada orang-orang yang menyiapkan acara untuk besok.

RIP. Gamatya Gavin Matthew

Kalimat yang tertera pada karangan bunga putih besar saat baru saja masuk kedalam rumah.

"Acaranya besok, kamu bisa bantu-bantu urus persiapannya"

Reya mengangguk, lagi pula dirinya tidak mau membuat masalah menjelang besok. Melihat mata sembab Sarah saja sudah membuatnya mengerti jika apa yang dilewati wanita itu pasti sangat berat.

Keesokan harinya, Reya berjalan keluar dari dalam lift menuju ruang tengah.

Sampai diruang tengah, banyak orang berpakaian hitam formal sedang berbincang satu dengan lainnya. Reya melihat pigura besar yang tergantung di dinding, foto seorang pria berumur mengenakan jas hitam dengan pin berlambang mahkota.  Alis, hidung dan matanya benar-benar sama persis seperti Dave.

Selesai berdoa bersama, orang-orang mengambil snack dan minuman yang disediakan. Reya hanya menoleh kesana-kemari tidak tau mau melakukan apa.

"Reya kalungan bunga dipigura suamiku sudah agak layu. Tolong kamu gantiin yang masih baru"

Reya menengok kesamping ternyata mertuanya yang mengajak ia bicara.

"Kenapa tidak maid saja?" tanya Reya sambil melihat para maid yang berlalu lalang.

"Maid lain lagi sibuk kalau Mera sedang menemui temannya. Tolong ambilkan ya, lagi pula sejak tadi kamu hanya diam"

Reya mengangguk, "Baiklah" ucapnya kemudian berjalan kearah lift.

Lift terbuka, Reya keluar lalu bertanya pada salah satu maid yang kebetulan berpapasan dengannya.

"Kalungan bunga dipigura tuan Gama ditaruh dimana ya?"

"Ada diruang peralatan nona, biar saya ambilkan"

Reya melihat tangan wanita itu membawa empat minuman beralkohol yang masih bersegel.

"Antar saja itu kebawah biar aku yang ambil bunganya"

"Tapi nona-"

"Minumannya pasti sudah ditunggu tamu, turun saja"

Maid itu menunduk, "Baik nona. Mari"

Reya berjalan kearah ruang alat, masuk kedalam terkejut karena melihat besarnya kalungan bunga yang harus ia bawa.

"Bodoh banget sih. Ya iyalah besar piguranya aja segede itu tadi"

Reya mengangkat kardus berisi kalungan bunga lalu keluar ruang alat.

Lantai ini sepi sekali, jika seperti ini bagaimana ia bisa menekan tombol lift. Jika harus berjongkok untuk meletakkan kardusnya, perut Reya sepertinya tidak memungkinkan apalagi ia sedang menggunakan hels 3 centi.

Ia berusaha menekan tombol lift dengan siku tangannya. Akhirnya tombol berhasil ia tekan.

"Kenapa harus rusak disaat begini sih!" Reya menggerutu saat melihat lift tidak segera naik.

Reya memutuskan turun lewat tangga. Satu persatu anak tangga ia lewati dengan hati-hati. Tangannya sudah kebas karena terlalu berat menahan beban.

Kurang tiga anak tangga terakhir tiba-tiba hels yang Reya kenakan patah. Alhasil tubuhnya tidak seimbang.

Kardusnya jatuh begitu juga tubuh Reya yang berguling sampai kelantai dasar.

Semua orang berteriak kaget, Reya meremas perutnya yang tiba-tiba nyeri disertai rasa sakit pada bagian tubuh lainnya.

He's My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang