"Maaf kak aku tidak jadi mengantarmu ke stasiun aku cuma bisa mengantarmu sampai disini. Kak Rea bisa pergi ke stasiun sendiri?'' Delvin bertanya tidak enak. Ia berubah pikiran karena seseorang mengabarinya jika Raeyon sudah tau titiknya dan menyebarkan seluruh anak buahnya.
"Apa Dave sudah tau?"
Delvin mengangguk ragu.
Reya ikut mengganguk, ''Sampai disini saja aku sudah sangat berterimakasih. Jaga diri baik-baik Delvin''
"Iya kak. Kakak ipar juga"
Rea membuka pintu mencegat taxi yang lewat, sebelum masuk ia sempat melambai kearah mobil Delvin.
''Hidup yang lebih baik menunggumu kakak ipar tunggu kak Dave menjemputmu''
****
Bugh
Bugh
''kau bawa kemana istriku!'' Dave berteriak marah, Sarah dan yang lainya hanya bisa diam tidak berani meghentikan Dave yang sudah seperti orang kesetanan.
''Harusnya aku membiarkanmu mati saja waktui itu!''
''Tuan!'' semua orang berteriak melihat Dave membanting vas bunga besar sampai membuatnya pecah berkeping-keping.
Delvin berusaha bangkit dari lantai tersenyum miring menatap kakaknya.
''Kau benar-benar mencintainya kak. Tapi caramu gila''
Plak
''Dimana Rea Delvin!'' Dave memegang kepalanya yang mulai berdenyut lagi, menajamkan pandanganya kemudian berjongkok didepan adiknya.
''Kenapa kau melakukan ini? masalahmu denganku! bukan dengan istriku Delvin''
''Aku akan memberitahu dimana kak Rea dengan syarat pergi kesana sendiri kak jangan membawa siapapun bahkan apapun termasuk kekuasaanmu''
''Apa maumu sebenarnya ?''
''Pergi dan coba jemput kakak ipar disana. Selesaikan masalahmu disana kak, buang gengsimu karena kak Rea yang jadi korban disini''
***
Rea masuk kedalam kereta duduk di nomor kursinya kemudian melihat keluar melamun. Tiba-tiiba seseorang duduk disampingnya menyenggol lengan kirinya.
''Delvin Matthew?''
Rea menegakkan tubuhnya menatap perempuan disampingnya.
"Saya orang yang diminta beliau"
Rea mengangguk kemudian tersenyum, "Terimakasih bantuannya"
Wanita itu membalas dengan senyuman kemudian menoleh kedepan.
Tiga jam perjalanan kereta berhenti wanita itu membangunkan Rea membuat wanita itu mengernyit bingung.
"Kita sudah sampai. Mari turun nona" ucapnya dijawab anggukan kepala Rea.
"Kita pergi kedesa mana?" tanya Reya saat mereka sudah sampai didepan stasiun.
"Anda ikuti saja saya nona" jawab wanita itu kemudian membuka pintu belakang mobil mewah.
Rea mengerutkan keningnya bukannya Delvin hanya memiliki uang terbatas kenapa harus memesan mobil mahal.
"Ayo jalan" ucap wanita itu membuat Reya menoleh kemudian melihat kearah sopir yang menurut dengan perintahnya.
Ditengah perjalanan Reya merasa tidak asing, "Ini arah kebandara kan?" tanya Reya menatap wanita yang masih menatap jalanan depan.
"Delvin bilang dia mau membawaku ke desa. Apa harus naik pesawat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Baby
RomanceMengandung anak seorang CEO? Pria keras kepala yang perintahnya menjadi titah bagi setiap orang. *** Perjodohan antara aku dan CEO itu akan berakhir beberapa hari lagi. Lima bulan lebih aku bertahan, akhirnya akan terbebas. Aku bersuami tapi merasa...