Code blue

56K 3.2K 26
                                    

Setelah satu jam akhirnya code blue berakhir, rasanya rumah sakit ini akan pecah saat alarm code blue berbunyi. Semua dokter dari berbagai spesialis berlarian kearah satu ruangan. Pasien lain langsung cepat paham dengan apa yang terjadi, karena hanya orang yang memiliki kekuasaan tinggi yang bisa melakukan ini. Menggemparkan seisi penuh rumah sakit ternama ibu kota. Tapi mereka masih belum tau orang penting siapa yang berada satu gedung dengan mereka.

"Bagaimana keadaan tuan Dave?!" tanya Biru dengan cepat saat pintu ruang operasi terbuka.

"Keadaannya sudah stabil, pisau tidak terlalu menembus dalam perutnya. Aku memberinya anestesi bius total jadi Dave akan sadar besok pagi"

"Lalu kenapa tuan Dave tiba-tiba bisa pingsan?" tanya Biru masih belum yakin dengan jawaban yang diberikan dokter muda itu.

"Kau tau kondisi Dave dari awal kan? dia tidak bisa dibiarkan melihat darah"

​"Astaga" ucap Biru sambil meremas rambutnya sendiri.

"Kau terlalu panik Bi, sekarang kau bisa istirahat. Dave sudah baik-baik saja"

Biru menghembuskan nafasnya lega bahkan badannya nyaris luruh jatuh dilantai. Sejak tadi dirinya tidak bisa bernafas dengan baik, ini kali pertamanya ia merasa sangat gagal menjadi seorang asisten.

"Tenang saja. Semuanya baik-baik saja" ucap Bima menenangkan.

Mata Bima melihat sekitar, pandangannya jatuh pada wanita diujung yang sedang menunduk dengan pakaian berantakan.

Biru mengikuti arah pandang Bima lalu mengepalkan tangannya.
"Kau mau kemana?!" tanya Bima menahan tubuh Biru saat pria itu memberontak.

"Lepaskan aku, nona Sreya harus diberi hukuman dengan apa yang dilakukannya tadi" jawab Biru geram dengan nada penuh amarah tersirat di setiap katanya.

"Aku akan mengurusnya. Kau lebih baik masuk kedalam dan tenangkan pikiranmu. Bertindak gegabah bukan dirimu Bi" ucap Bima, karena ia tau temperamen Biru tergantung pada kondisi Dave. Dan ini adalah kejadian yang mungkin akan membuat Biru kehilangan akal.

Biru melihat Sreya tajam kemudian menghembuskan nafasnya kasar, mengangguk singkat kemudian berlalu masuk kedalam.

***

Bima berjalan mendekat kearah Sreya kemudian duduknya dengan hati-hati disampingnya. Wanita itu belum menyadari jika ada seseorang didekatnya. Ia terus menundukkan kepala sambil menangis pelan.

Bima menghembuskan nafasnya pelan lalu mengangkat tangannya mengelus rambut Sreya membuat wanita itu terjingkit kaget.

"Aku tau semua itu bukan kemauan dirimu. Kau hanya berusaha melindungi anak didalam rahim mu" ucap Bima membuat tangis Sreya semakin kuat.

Sreya menatap wajah Bima yang juga sedang menatapnya. Tangan Bima dengan cepat berpindah kepipi Sreya.

"Kenapa pipimu memar? siapa yang menamparmu?!" tanya Bima kaget.

Sreya memalingkan wajahnya kearah lain membuat Bima geram melihatnya.

"Apa Biru yang melakukannya?" tanya Bima menuntut jawaban.

Sreya menoleh menatap Bima kemudian tersenyum getir, "Apa pentingnya siapa yang memukulku? dokter tau sendiri jika pria itu mempunyai banyak orang yang berdiri dibelakangnya. Dan mereka semua tidak diam saja saat tuannya terluka" jawab Sreya lalu menundukkan kepalanya lagi.

"Setelah ini aku yakin bukan hanya bayi ini yang akan dibunuh tetapi diriku juga. Aku memang gila!" lanjut Sreya sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

Sesaat Bima merasa aneh, "Apa sejak tadi kau menangis karena merasa nyawamu terancam? bukan karena merasa bersalah telah menusuk Dave?" tanya Bima sedikit menaikkan intonasinya, ia merasa sia-sia telah berniat menenangkan wanita ini. Bukannya merasa bersalah tetapi merasa takut mati? what the fuck! pikirnya.

"Awalnya aku merasa sangat berdosa saat menusuknya. Tapi aku berpikir kembali jika pria itu memang pantas mendapatkannya" jawab Sreya membuat geraman amarah didalam diri Bima.

Sreya tersenyum menatap Bima dan entah mengapa senyuman itu membuat hati pria itu sedikit iba. Senyuman yang menggambarkan luka dalam, "Aku tau anak ini bukan anak yang direncanakan ataupun diinginkan. Tapi membunuhnya? apa pantas orang tua melakukan itu terhadap anaknya sendiri?. Lagi pula aku tidak meminta pria itu untuk tanggung jawab dengan anak ini. Aku bisa merawatnya sendiri, aku akan hidup berdua dengannya tanpa terendus oleh kalian semua. Aku akan pergi bagaikan orang mati, aku janji akan melakukan itu"

"Dan lagi, alasanku tidak terlalu merasa bersalah adalah karena perut pria itu keras. Aku yakin sebatang besi runcing tidak akan membuatnya mati" jawab Reya diikuti suara kekehan kecil.

Bima tersenyum menanggapinya, "kau benar, tapi apa kau tidak berpikir kenapa Dave bisa langsung hilangan kesadaran jika pisau itu tidak berpengaruh pada tubuhnya?"

Seketika wajah Reya pucat, ia meremas tangannya sendiri sambil mengigit bibir bawahnya.
"Dokter benar, kenapa badan sebesar itu bisa langsung pingsan hanya karena ditusuk pisau buah?. Apa pria itu sekarat? Apa jangan-jangan pisau tadi sudah berkarat" ujar Sreya gemetar, tiba-tiba ketakutan menghantuinya, ia yakin tidak akan bisa hidup tenang jika pria itu meninggal.

"Sekarang kondisinya sudah stabil, tidak ada yang harus dikhawatirkan" ucap Bima menenangkan.

"Syukurlah, apa sekarang aku boleh menemuinya?" tanya Sreya.

"Tenang saja dokter, aku hanya akan minta maaf padanya karena tingkah gilaku tadi. Walaupun aku yakin jika pria itu tidak akan membiarkanku melihat matahari terbit besok pagi" jawab Sreya langsung saat Bima menatap curiga padanya.

"Sejujurnya aku merasa bersalah pada pria itu karena hampir membunuhnya. Aku tidak tau kenapa tiba-tiba pemikiran itu muncul di kepalaku" ucap Sreya tersenyum masam sambil menundukkan kepalanya.

Tangan Bima beralih mengangam tangan Sreya menguatkan wanita itu. "Its okay, ini juga karena hormon ibu hamil yang tidak bisa mengendalikan emosionalnya. Hanya saja kau tidak bisa menemui Dave sekarang" jawab Bima membuat Sreya berpikir jika pria itu tidak mempercayainya.

"Aku bersumpah tidak akan menyakitinya lagi" ucap Sreya cepat sambil melepaskan tangannya.

"Bukannya tidak percaya padamu, tapi Dave baru akan sadar besok pagi. Didalam ada Biru dan penjaga lainnya, aku khawatir Biru akan hilang kendali saat melihatmu" jawab Bima yang langsung dimengerti oleh Sreya.

"Malam ini tidurlah di apartemenku, setidaknya hanya sampai besok pagi" lanjut Bima.

"Apa? kenapa?" tanya Sreya menelisik membuat suasana canggung antara kedua orang tersebut.

"Jangan berfikir macam-macam, seseorang akan datang kesini mencarimu. Dia orang yang tidak akan terima jika tuannya terluka sedikitpun. Orang itu berbahaya, hanya Dave yang bisa menghentikannya. Aku khawatir jika dia akan melukaimu dan bayimu. Maka dari itu kau harus menghilang sebentar sampai Dave siuman dan bisa mengontrol orang itu"

"Seharusnya aku sadar apa konsekuensinya melukai pria seperti Dave itu" ucap Sreya sambil menundukkan wajahnya.

"Dia pria dengan banyak pasukan dibelakangnya" lanjut Reya.

He's My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang