Nightmare

39.4K 2.4K 31
                                    

"Lalu?"

"Mereka mengatakan kita akan mendapat setengah dari keuntungan"

"Batalkan"

"Tuan?"

"Setengah tidak ada apa-apanya, keuntungan akan naik turun setiap tahun. Lebih baik mengeluarkan produk baru dengan brand kita sendiri yang lebih jelas. Mereka hanya ingin menaikkan pamor brand dengan menggabungkan nama kita dibelakangnya"

"Baik tuan lalu unt-"

Brakk

Biru dan Dave sama-sama mengalihkan pandangannya pada wanita yang baru saja mendobrak pintu kamar dengan kasar. Reya yang sadar telah melakukan kesalahan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Maaf aku-"

"Kau tidak bisa masuk kemari pelayan kurang pendidikan!" Jersy menarik jepit rambut Reya, rambutnya yang licin membuat jepit rambut langsung terlepas. Alhasil rambut wanita itu terurai karena ulah Jersey.

Biru berdiri dari duduknya melihat kekacauan yang kurang sopan terjadi didepan tuannya. Sedangkan Dave masih duduk bersilang dikursi single mereka dengan tenang.

"Sudah tuan Dave bilang pergi tidurlah kekamar dari pada menganggu disini" ucap Biru menatap Jersy.

"Loh kenapa aku yang disalahkan? pelayan ini masuk kekamar Dave sembarangan. Aku hanya mencegah kuman ini masuk"

"Maaf menganggu tapi aku mau mandi, permisi" ucap Reya menyela kemudian berjalan kearah kamar mandi.

"Apa?kurang ajar sekali kau.....heii...Dave apa maksudnya itu?!" Jersy menatap Dave yang sedang duduk santai dengan pandangan menuntut.
Raut wajahnya terlihat seperti orang bodoh karena bingung dengan situasi ini.

"Kau bilang penasaran dengan istri tuan Dave?" tanya Biru.

"Iya memangnya istri Dave sudah pulang? dimana dia? aku mau lihat" tanya Jersy sambil melihat kebelakang tubuh Biru.

Biru hanya menatap pria didepannya datar kemudian menghembuskan nafas panjang.

Raut wajah Jersy kembali syok "Jangan bilang...dia....kuman itu?....dia? istri paksamu Dave?"

Kaget dan tidak percaya saat Dave menganggukkan kepalanya pelan, Jersy bahkan sampai berpegangan pada rak minuman disampingnya.

"Oh May G-"

"Aku mau istirahat kalian keluarlah"

"Tapi-"

"Baiklah, selamat malam tuan" Biru menunduk kemudian menyeret kimono Jersy keluar kamar.

"Sudah keluar ya?" bisik Reya dari sela-sela pintu kamar mandi.

"Ya keluarlah"

Dave menegakkan badannya melihat Reya yang sedang meletakkan tas di sofa. Memang sejak wanita itu masuk kedalam kamar mandi Dave sudah melihat kepala yang mengintip-intip keluar.

"Dia bilang aku apa? kuman? berani sekali pria itu mengataiku begitu. Lihat saja jika dia bukan bos ditempatku bekerja aku akan membalasnya" cerocos Reya sambil memakan ciloknya dengan brutal.

"Kebenarannya dia bosmu kau bisa apa?"

"Iya sayangnya begitu" ucap Reya menurunkan nada bicaranya.

"Bagaimana hari ini?" tanya Dave membuat Reya menoleh dengan tusuk sate yang masih ada di mulutnya.

"Baik hwanywa swedikit mwebwalkan....mendapat manager yang cerewet"

Dave mangangguk "Apa pekerjaanmu mempengaruhi anak itu?"

"Dia baik-baik saja"

"Baguslah, dilaci ada vitamin untukmu semua itu dari Bima"

"Baiklah terimakasih"

Reya berdiri dari duduknya sambil mengulung rambut "Aku mandi dulu" ucapnya diangguki Dave.

"Sudah makan malam?" tanya Dave membuat Reya berhenti diambang pintu kamar mandi.

"Sudah tadi dihotel dan aku juga beli cilok dijalan sekarang aku sudah kenyang. Kalau kamu mau makan, makan saja silahkan" jawabnya lalu masuk kedalam kamar mandi.

"Apa kenyangnya makan makanan seperti itu" gumam Dave melirik tanpa minat kearah bungkusan plastik yang lupa dibuang Sreya.

***

Reya meletakkan bantal dan selimut disofa kemudian merebahkan tubuhnya disana. Seharian bekerja menjadi seorang pelayan ternyata sangat berat apalagi ia harus mengerjakannya selama enam bulan.

Dave keluar dari kamar mandi mengenakan kimono putih, rambutnya berantakan setelah keramas. Reya menelan ludahnya saat melihat benjolan dada yang sepertinya sengaja diperlihatkan.

"Tidak dikeringkan dulu?" tanya Reya saat melihat Dave yang langsung merebahkan tubuhnya keatas kasur.

Walau cahayanya remang-remang Reya bisa melihat gerakan pria itu sedang membuka tali pinggang kimononya.

"Tidak" jawabnya sambil menarik selimut.

"Bisa flu besok"

"Aku sudah biasa" jawabnya membuat Reya menutup mulutnya.

Tidak mungkin juga kan ia membantu pria itu agar mengeringkan rambutnya. Bisa-bisa pria itu menganggap jika dirinya sedang modus pikir Sreya kemudian menutup matanya.

"Baiklah selamat malam" ucap Reya dibalas gumaman pria itu.

***

Mata Reya mengerjap melihat jam dinding yang menampakkan pukul satu dini hari. Berdecak kesal karena mendengar suara yang menganggu tidur nyenyaknya.

"Astaga apa sih itu!" kesalnya sambil bangkit dari tidurnya.

Mencari asal suara ternyata sang pemilik kasur sedang tidur gelisah sembari bergumam.

"Dia mimpi buruk?" tanya Reya pada dirinya sendiri kemudian tergelak.

"Orang kaya juga bisa bermimpi buruk rupanya" lanjut Reya.

Niat hati ingin membiarkan saja pria itu tapi lama-kelamaan Reya menjadi sedikit kasihan.

"Ck baiklah, tapi jika dia mengomel karena aku mendekatinya jangan salahkan aku. Dia yang salah karena tidak bisa diam"

Bangkit dari sofa berjalan kearah kasur, semakin dekat telinganya semakin mendengar jelas gumaman yang keluar dari mulut pria itu.

"Tidak"

"Aku mohon"

"Darah"

Reya langsung berlari menahan kedua tangan Dave yang bergerak meremas rambutnya sendiri. Tenaga Dave sangat kuat membuat Reya kesulitan menahannya.

"Tenanglah" ucap Reya kemudian tubuhnya terdorong kebelakang.

Melihat wajah pria itu memerah dengan bulir-bulir keringat didahinya Reya menjadi cemas apalagi pria ini tidak segera bangun dari tidurnya.

Reya mengambil ponselnya kemudian mendial nomor Biru. Dering ketiga panggilan diangkat tanpa menunggu Biru berbicara Reya langsung mengatakan situasi yang membuatnya panik setengah mati.

"Tuanmu mimpi buruk! dia tidak bangun-bangun. Bagaimana cara membangunkannya?!" tanya Reya cepat.

Wanita itu melempar ponselnya saat Biru tiba-tiba mematikan teleponnya sepihak.

"Bagaimana sekarang!" Reya berteriak sambil mengacak rambutnya.

Wanita itu bergerak lagi mencoba membangunkan Dave yang masih bergumam sambil memukul kepalanya sendiri.

Brakk

Pintu terbuka kasar, Jersy berlari kearah tempat tidur sebelum mendekati Dave. Pria itu lebih dulu membuka laci meja mengambil suntikan dan sebotol cairan kecil.

"Minggir!" bentaknya membuat Reya langsung menyingkir, memberi ruang pada pria itu untuk menangani Dave.


_____

TBC!

__________



He's My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang