Reya berjalan dibelakang Dave yang duduk diatas kursi roda didorong oleh pria yang ia ketahui bernama Raeyon masuk kedalam rumah.
Reya merasa tatapan tajam para pelayan mengarah padanya, oh tidak jangan bilang mereka mengetahui jika ia yang membuat tuannya menjadi seperti ini.
Hidupku yang hancur akan tambah hancur sepertinya pikir Reya merantapi nasibnya.
Dugh
"Aww......shhh" ringis Reya saat jidatnya menabrak bahu keras seseorang.
"Punya mata tidak sih" ucap Raeyon datar membuat Reya membelalakkan matanya, kurang ajar pikirnya.
Reya melihat depan dimana Dave sedang menatap pintu lift yang sudah terbuka dengan pandangan lurus kedepan.
"Kenapa juga tidak masuk, lihat liftnya sudah terbuka tuh" balas Reya membuat sebelah bibir Raeyon berkedut melihat bagaimana tingkah berani wanita itu.
"Nona tidak dengar ya? tuan Dave hanya meminta anda yang mengantarnya ke kamar" jelas Raeyon dengan nada geram.
"oh....APA?! kenapa harus aku?"
"Tidak mau heh?" Dave membuka suaranya tanpa menoleh kebelakang.
"Aku seperti ini gara-gara kau jika kau lupa" lanjutnya membuat sebelah bibir Reya terangkat naik.
"Iya-iya baiklah, jangan membahasnya disini ya. Kau tidak lihat mata pelayan-pelayanmu itu seperti ingin memakanku" ucap Sreya berbisik di telinga Dave membuat pria itu menolehkan wajahnya kearah lain.
Sedangkan para pelayan yang melihat itu dari kejauhan terkejut tidak percaya. Bagaimana istri yang tidak dianggap bisa sedekat itu dengan tuan mereka. Begitu juga dengan kepala pelayan yang sedang mengepalkan tangannya, Melly tidak bisa berbuat lebih karena ada Raeyon disini.
"Menjauhlah. Napasmu bau" ucap Dave membuat Reya mengerucutkan bibirnya kemudian menegakkan badannya.
"Aku sudah sikat gigi kok tadi pagi......eh kenapa telingamu merah? kau sakit lagi?" tanya Reya membuat Raeyon merubah raut wajahnya.
"Tuan sakit lagi? perlu saya seret Bima kesini?"
"Diamlah! aku tidak apa-apa. Aku tadi minta apa padamu?! cepat antar aku kekamar!" sentak Dave keras membuat Reya terlonjak kaget sambil mengelus dadanya.
"Kenapa jadi marah-marah?"
"Diam!"
"Iya-iya, yang berisik juga kau" gumam Reya mengambil alih pegangan kursi roda dari Raeyon.
"Jangan macam-macam lagi dengan tuan Dave atau nona tidak akan melihat lagi indahnya matahari terbit besok pagi" bisik Raeyon saat Reya akan mendorong kursi rodanya.
"Hanya orang bodoh yang mengulangi kesalahannya yang sama" balas Reya berbisik.
***
Sreya mendorong kursi roda Dave masuk kedalam kamar, kamar yang mendominasi warna gray dengan ukuran dua kali lipat lebih besar dari kamarnya itu mampu membuat Reya berdecak kagum dalam hati. Apalagi melihat berbagai macam arak jenis terkenal tersusun rapi disebuah lemari khusus.
Seleranya sangat luar biasa!
Miniatur-miniatur klasik menghiasi kamarnya dengan foto pigura besar tergantung diatas tempat tidur. Sekali lihat saja ia sudah tau jika didalam foto itu foto Dave. Disana pria ini terlihat berkarismatik dengan stelan jas marronya sambil memegang piala world class business yang melibatkan dua belas negara maju. Mungkin jika dilihat-lihat umur Dave di pigura itu baru masuk awal dua puluhan.
"Jangan dilihat, nanti suka"
Suara itu membuat Reya sadar kemudian berlari memegangi lengan Dave yang entah dari kapan pria itu sudah berdiri sambil berjalan pelan kearah tempat tidur. Jantung Reya nyaris lepas melihatnya, apalagi membayangkan wajah Raeyon mendelik padanya membuat Reya menggeleng.
Reya mendudukan Dave dikasur sambil menyeka keringatnya, "Kenapa jalan tiba-tiba? aku bisa mati jika kau tergores sedikit saja" ucapnya kesal.
"Aku sudah memanggil mu kau saja yang tidak dengar. Lagi pula aku tidak lumpuh"
"Itu....kau umur berapa?" tanya Sreya sambil menunjuk kearah pigura diatas Dave.
"Kenapa? iri ya?"
Oh what?! pria ini benar-benar!
"Tidak tuh"
"Mau kemana kau?" tanya Dave saat Reya berbalik.
"Pergi ke kamarku, aku mau mandi"
"Siapa yang memintamu pergi?"
"Apa?" tanya Reya mengerutkan keningnya.
"Mulai sekarang kau tidur disini"
"APA!"
Dave memegang telinganya sendiri, "Kau itu tidak usah berteriak bisa tidak!"
"M-maaf, tapi apa-"
"Kondisiku seperti ini kau tidak lihat? jika aku butuh apa-apa bagaimana?"
"Kau kan punya banyak pelayan, suruh saja asisten Bi tidur disini" jawab Reya membuat Dave menatapnya tajam.
"Kau mau orang-orang berpikir apa tentangku? lagi pula aku juga harus memanfaatkan orang dengan baik. Apalagi kau yang membuatku seperti ini" jawab Dave membuat Reya diam. Oke jika sudah membawa-bawa hal itu ia tidak bisa mengelak bukan?
"Oke-oke, aku mau ambil baju di kamarku dulu" Reya berbalik kemudian melangkah kearah pintu.
"Tidak perlu, semua bajumu sudah ada didalam ruang ganti" ucap Dave membuat langkah kaki gadis itu terhenti.
"Semuanya?" tanya Reya terkejut sambil melihat Dave yang mengangkat kedua bahunya acuh kemudian menyenderkan punggungnya.
"Mungkin ya mungkin tidak. Pelayanku pasti memilih barang-barang yang bisa masuk kedalam kamarku kan. Tidak mungkin rongsokan disimpan didalam kamarku" jelas Dave membuat Reya berlari kearah pintu yang ia yakini adalah walk in closet.
Ceklek
Reya membulatkan matanya saat melihat barang-barangnya tidak ditata dengan baik didalam lemari. Bahkan ia bisa menilai dengan sekali lihat jika para pelayan itu langsung memasukkan bajunya tanpa melipatnya terlebih dulu.
"Pelayan bangsat" umpat Reya sambil memunguti bajunya yang masih berserakan dilantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Baby
RomanceMengandung anak seorang CEO? Pria keras kepala yang perintahnya menjadi titah bagi setiap orang. *** Perjodohan antara aku dan CEO itu akan berakhir beberapa hari lagi. Lima bulan lebih aku bertahan, akhirnya akan terbebas. Aku bersuami tapi merasa...