"Kenapa lama sekali? bajumu ada kan?" suara keras dari luar ruang ganti itu membuat Reya menghembuskan nafas kasar.
"Iya ada!" jawab Reya lalu membuka lemari memasukkan baju-baju yang berserakan dilantai begitu saja kemudian berjalan keluar.
"Buatkan aku bubur"
"Apa?"
"Ck kau sepertinya butuh dokter THT" jawab Dave malas sambil membuka lembar majalah baru ditangannya.
"Aku dengar, hanya memastikannya saja tahu" jawab Reya kemudian berjalan kearah Dave membuat pria yang sedang membaca majalah itu mendongakkan wajahnya.
"Aku menyuruhmu membuat bubur kenapa malah mendekatiku" jawab Dave membuat langkah Reya terhenti.
"Maksudmu aku yang buat buburnya?" tanya Reya setengah tidak percaya, ia baru saja akan menelfon pelayan mengunakan telfon kabel dikamar ini.
Dave memutar bola matanya malas, "Lalu siapa lagi? Raeyon?"
"Tapi aku tidak pandai memasak"
"Aku tidak peduli. Aku mau bubur dan kau sendiri yang memasaknya jangan coba-coba meminta pelayan" ucap Dave lalu meletakkan majalahnya diatas nakas kemudian perlahan merebahkan tubuhnya.
***
Sreya membuka pintu kamar dengan lesu saat keluar ia dikagetkan dengan sosok pria bertindik hitam yang berdiri didepannya.
"Ngagetin tau gak?" ucap Reya sedikit membentak kemudian berjalan meninggalkan Raeyon.
"Tuan Dave?"
"Tidur" singkat Reya sambil menahan geraman didalam dirinya.
Saat kaki Reya melangkah masuk kedalam dapur telinganya menangkap gunjingan-gunjingan pedas dari para pelayan yang ada disana. Reya memilih mengacuhkannya kemudian mengambil bahan-bahan yang akan digunakannya untuk membuat bubur.
Setelah lama Reya mengerjakan pekerjaannya bukan hanya telinganya yang panas tapi hatinya ikut terbakar.
Lihat dia hanya dijadikan pelayan seperti kita, kasihan sekali
Tidak ada gunanya menjadi istri tuan besar jika tidak pernah diratukan
Lagi pula wajahnya tidak secantik putri Kate yang bersanding dengan pangeran William
Dia kan hanya gadis rendahan
Pranggg
"Apa aku perlu mengiris mulut bau kalian itu agar bisa diam!" sentak Reya sambil meletakkan pisau dengan keras dimeja marmer.
"Ahh ampuni kami nyonya, kami takut" ejek wanita yang baru masuk kedalam dapur membuat para pelayan yang tadinya diam menyemburkan tawa mereka.
Siapa lagi jika bukan ular jelmaan kadal yang menyamar menjadi kepala pelayan mansion.
"Wah kebetulan kau disini pelayan" balas Reya sambil melipat kedua tangannya didada.
"Aku ingin tanya padamu dan anak buahmu itu. Siapa diantara kalian yang berani kurang ajar tidak menata bajuku dengan baik dikamar utama?" tanya Reya membuat perempatan siku muncul dikening Melly.
"Kamar utama? kamar tuan Dave? Hahaha apa kau mimpi nona?"
Seperti dugaan Reya jika ular ini belum tahu apa-apa. Pantas saja wanita itu seperti biasa-biasa saja tidak kepanasan atau kesetanan.
"Owh kau belum tau ya pelayan? jadi anak buahmu tidak bilang? aku kan mulai sekarang tidur dikamar utama" jawab Reya sedikit memberi kesan sombong diakhir kalimatnya. Ternyata keputusan pria itu untuk memintanya tidur sekamar tidak buruk juga. Melihat ekspresi wajah Melly yang terlihat syok itu membuat mood Reya melonjak tinggi berkali-kali lipat.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Baby
RomanceMengandung anak seorang CEO? Pria keras kepala yang perintahnya menjadi titah bagi setiap orang. *** Perjodohan antara aku dan CEO itu akan berakhir beberapa hari lagi. Lima bulan lebih aku bertahan, akhirnya akan terbebas. Aku bersuami tapi merasa...